Mengenai Saya

Foto saya
'We want freedom!' My name is EDOWAY YUNUS, I am a West Papuan independence leader and chairman of the KK-AMP-JOGYA. My village was bombed Killed So Many Thousand Of My People Of West Papuans Indigenous Small Groups by Indonesia Military Occupations when I was a child and many of my family were killed. Later, I began to campaign peacefully to free my people. For this 'crime' I was arrested, tortured and threatened with death. My seniors Of AMP Organizations Was Managed That Organizations and Iwas Follows This Organization in 2003 In Java I managed to escape to JAVA & BALI AN INDONESIAN , where I now live in exile. Many of my people are still suffering. They have been killed, raped and tortured. Life is hard for them. All we are asking for is the freedoms that you enjoy every day - the freedom to speak your mind, to live without fear and to choose your own government. Please hear my peoples' cry for help. Please support the Free West Papua Campaign. TO DAYS IT'S FOR GIVING FREE.

Pengikut

Jumat, 20 Februari 2009

INDONESIA TAKUT SEBUAH YUM-AGIYA-NOKEN PAPUA

OptionsDisable Get Free Shots

saving Papuans from genocide and total annihilation is now a global priorityPGP/GPG key available - send us yours to communicate
HomePapua NewsPhotosFreeport Mine TNI & fake OPM Manokwari Demo 3/3/2008 Missionaries - Get Out Jayapura Demo 6/3/2008 Brimob ID Check Papuans Autonomy Fund Diverted Manokwari Prison Photos New Province Meeting Kopassus in Wamena Military "traders" Berita Papua Papuan VideosEnvironment Melanesian Music Videos Articles Documents History Flag Indonesia NewsAsia Pacific News Mining & Environment News Indo Mil News Whispers World News Activists CornerInteractive MapOur Links Link Your Site Send free fax online now Send anonymous sms text Rogue Corporates Rogue Individuals ForumInteresting Read Military VideosMusic Videos Download RingtonesSupported Phones T-Shirt Design Studio Horoscopes Useful Tools DonateContact us

translate site and content


Design your own head-turning t-shirts here in our Design Studio - add own images/text, then order it online - simple and easy. Worldwide Delivery. Download ringtones, games and screensavers for your mobile (cellphone/hp) - We currently have 9026 different ringtones!

Takut Sebuah Yum/Noken, Takut Sebuah Buku Papua, Takut Akan Kebenaran
Written by as received from Richard Samuelson
http://www.koteka.net/index.php/20080129115/Berita-Papua/Takut-Sebuah-Yum/Noken-Takut-Sebuah-Buku-Papua-Takut-Akan-Kebenaran.html

Tuesday, 29 January 2008
TAKUT SEBUAH YUM/NOKEN

(Baca: Tas Papua)

TAKUT SEBUAH BUKU PAPUA.....

TAKUT AKAN KEBENARAN


Oleh Richard Samuelson, Co-Director, Free West Papua Campaign

www.freewestpapua.org

18 Januari 2008

Mungkin tidak begitu menakutkan bagi anda atau saya, tetapi bagi Pemerintah ini merupakan sebuah ancaman berbahaya bagi “Kesatuan Negara itu”. Tidak. Itu bukan sebuah letusan mesiu senjata atau sebuah ledakan dahsyat atau bahkan sebuah busur beserta panah-panahnya…… Itu hanyalah sebuah Noken/Yum (Tas Papua).

Kemarin di Jayapura, Papua Barat, dua wanita masing-masing Yohana Pekei dan Nelly Pigome diinterogasi oleh polisi Indonesia karena mereka membuat noken/yum (Tas Papua) dan menjualnya hanya untuk mendapatkan beberapa peni (rupiah) untuk menunjang kehidupan keluarga mereka.

Apa yang begitu berbahaya dari sebuah tas yang dijual di pinggiran jalan oleh kedua wanita Papua Barat tersebut?

Jika saya memberitahu anda bahwa noken/yum (Tas Papua) tersebut memiliki lambang bintang sebagai bagian dari desain tas tersebut, mungkin sekarang anda dapat mengerti mengapa negara Indonesia begitu sangat ketakutan terhadap noken/yum (Tas Papua) yang khusus ini? BINGUNG? Baik. Perkenankanlah saya memberitahu anda bahwa Bintang Kejora adalah simbol dari 45 tahun mimpi rakyat Papua Barat akan kemerdekaan mereka dari penjajahan . Ketika sebuah negara tidak memperoleh dukungan dari seluruh populasi dari sebuah wilayah yang diklaim sebagai milik negara itu, maka ia tidak akan membiarkan sekecil apapun tanda-tanda perlawanan.

Jadi NKRI, Negara Kesatuan Republik dengan segala kebesaran dan kekuatan militernya…. Sekarang KETAKUTAN terhadap sebuah NOKEN/YUM (Tas Papua). Sepuluh tahun setelah kejatuhan diktator Suharto, sebuah peristiwa yang seharusnya memberikan sebuah era keterbukaan dan demokrasi, sekarang berjuang habis-habisan dalam usahanya untuk mempertahankan cengekeramannya atas wilayah Papua Barat.

Awal minggu ini, Barnabas Suebu, Gubernur Kolonial Indonesia di Papua Barat memerintahkan polisi untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang baru, pasal 6 peraturan pemerintah no 77 tahun 20007 yang menyatakan bahwa merupakan sebuah tindakan kriminal memamerkan, memajang, menjual atau menggunakan bendera atau logo yang digunakan oleh gerakan –gerakan separatis. 1 Noken/Yum (Tas Papua) milik Yohana dan Nelly sekarang adalah sebuah Noken/Yum (Tas Papu) illegal.

Pada tahun 2004, dua aktivis kemerdekaan Papua Barat, Filep Karma dan Yusak Pakage dipenjarakan masing-masing 10 dan 15 tahun berturut-turut karena mengibarkan bendera Bintang Kejora secara damai. Sekarang giliran Yohana dan Nelly dicap oleh sebagai para kriminal…… karena membuat dan menjual sebuah noken/yum (Tas Papua).

Pada bulan November yang lalu, Majalah TIME menganugerahi Suebu sebagai seorang Pahlawan Lingkungan Hidup karena janji-janjinya untuk memulai melindungi hutan-hutan tropis Papua Barat yang terancam. Minggu ini Suebu telah menunjukkan WARNA ASLINYA sebagai PAHLAWAN NASIONALISME .

Dan Indonesia tidak hanya ketakutan karena noken/yum (Tas-tas Papua). juga ketakutan akan buku-buku tentang Papua. Pada bulan Desember, Kejaksaan Agung Indonesia menyita 60 kopi buku dari seorang akademisi Papua, Sendius Wonda yang berjudul TENGGELAMNYA RUMPUN MELANESIA Pertarungan Politik NKRI di Papua Barat.

Buku itu menyesatkan, ia akan menciptakan perlawanan dan memecahkan masyarakat Papua kata Rudi Hartono kepala Badan Intelijen Indonesia (BIN) di Papua Barat. Kami akan terus mencari buku tersebut di toko-toko buku dan di berbagai tempat. 2

Dan inilah mengapa noken/Yum dari Yonana dan Nelly serta buku Sendius Wonda begitu menakutkan bagi Pemerintah ; Mereka memberitakan KEBENARAN…. KEBENARAN yang tidak menyenangkan tetapi tidak dapat disangkal bahwa mayoritas rakyat Papua Barat menginginkan kemerdekaan dari .

Anda dapat mengatakan bahwa saya dapat berkata demikian karena saya adalah aktivis dari Free West Papua Campain bukan? Baik. Jangan hanya dengar dari saya saja. Pada bulan Juni 2006 wartawan BBC koresponden Jakarta, Rachel Harvey, diberikan sebuah ijin yang langka oleh Pemerintah Indonesia untuk mengunjungi Papua Barat. Inilah yang dia katakan pada waktu kembali dari Papua:

SAYA TIDAK BERBICARA POLITIK DENGAN SETIAP ORAN PAPUA YANG SAYA TEMUI. TETAPI KAPAN SAJA TOPIK ITU SELALU MUNCUL, DAN TOPIK ITU BERULANG-ULANG KEMBALI, SETIAP ORANG YANG SAYA TEMUI MEMBERITAHU SAYA BAHWA MEREKA MENGINGINKAN KEMERDEKAAN. 3

Dan pada bulan Februari tahun 2007, seorang akademisi senior bidang Ilmu Politik dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang berada langsung dibawah kendali Presiden Republik Indonesia) , Muridan S Widjoyo yang tidak seperti para akademisi asing, selalu mendapatkan keleluasaan oleh militer Indonesia untuk mengunjungi Papua, memberikan pengakuan yang sungguh luar biasa bahwa:

AKAN TETAPI KITA HARUS SADAR BAHWA DIDALAM HATI YANG PALING DALAM, SETIAP ORANG PAPUA MENGINGINKAN KEMERDEKAAN DARI INDONESIA. 4

Dan untuk menyungguhkan semua pernyataan-pernyataan itu, bagaimana anda bisa ragu kalauGubernur Indonesia yang baru saja disebutkan tadi, Barnabas Suebu sendiri, berbicara pada tahun 2000, sebelum periode kekuasaannya Sekarang. Disini Suebu, orang yang sama yang pada minggu ini mendeklarasikan Noken/Yum (Tas Papua) dari Yohana dan Nelly illegal, diwawancarai Majalah TEMPO pada masa musim semi, periode dimana dimulainya masa keterbukaan ketika runtuhnya kediktatoran Suharto, sebuah era kebebasan yang secara kejam ditutup dengan pembunuhan Theys Eluay, pemimpin kemerdekaan bangsa Papua Barat oleh KOPASSUS pada bulan Nopember 2001.

TEMPO: Dalam pandangan anda, akankah rakyat Irian Jaya memilih Kemerdekaan atau Otonomi bila sebuah referendum dilaksanakan?

SUEBU: BERDASARKAN PENGAMATAN SAYA SENDIRI DI JAYAPURA, SAYA MERAMALKAN BAHWA KEINGINAN TERBESAR ADALAH KEMERDEKAAN. JADI INI SEBUAH MASALAH SERIUS. SAYA BERHARAP JANGAN ADA LAGI YANG MENGATAKAN BAHWA INI KEINGINAN DARI SEGELINTIR ORANG. MEREKA TIDAK MENERIMA OTONOMI….. MEREKA HANYA MAU KEMERDEKAAN……. RAKYAT PAPUA MENUNTUT KEMERDEKAAN TETAPI JAKARTA MENOLAKNYA…. RAKYAT PAPUA TELAH LAMA MERINDUKAN KEMERDEKAAN. 5

Sebuah noken/yum dan sebuah buku tentang Papua. Indonesia memang benar-benar ketakutan ……akan KEBENARAN.

CATATAN:

Cenderawasih Pos, 11 JANUARI 2008 ‚Bintang Kejora dilarang: kata Suebu.

The Post 15 December 2007 “[Indonesian] Government Bans, Confiscates

Book on Papuan Political Struggle”

3. Te Waha Nui Online 14 June 2006 "West Papuan clergyman to speak on
human rights at seminar"
http://www.tewahanui.info/news/140606_westpapua.shtml
4. Jakarta Post 1 February 2007 'Papuan Separatists not a threat'

http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070201.H05

5. Tempo Magazine Interview NO. 34/XXIX 23 October 2000 “Barnabas Suebu:
'They Only Want '
Richard Samuelson

Free West Papua Campaign, Oxford, UK.

www.freewestpapua.org


Protect your computer from the outside world.
Download ZoneAlarm Pro now $39.95

Stop The Genocide - Please Make A Donation
Enter Amount:

€CAD USD GBP AUD JPY EUR One Time Weekly Monthly Annual
Access Your PC from Anywhere -
Free Trial plus 10% Off!

Social Bookmarking


One Moment Please ...

WARGA PAPUA WASPADAI TIPU DAYA OPM SEBALIKNYA TIPU DAYA INTELIJEN NKRI

Senin, 01 Desember 2008 14:01 wib
Opini Pembaca
Warga Papua Waspadai Tipu Daya OPM
http://news.okezone.com/BeritaAnda/index.php/ReadStory/2008/12/01/230/169449/warga-papua-waspadai-tipu-daya-opm

Dua warga Indonesia asal Papua yang pernah meminta suaka politik ke Australia akhirnya memutuskan kembali ke tanah air. Keduanya adalah Pemilik sekaligus nakhoda kapal yang mengangkut 43 WNI pencari suaka ke Australia pada 2005, Yunus Wanggai bersama dengan putrinya Aneke. Sebelumnya tidankan serupa telah dilakukan Yubel Kareni, 22 tahun, dan Hana Gobay, 23 tahun.

Pada dasarnya Warga Indonesia asal Papua ini kembali ke tanah air tanpa paksaan tetapi atas kemauan mereka sendiri. Menurutnya, Yunus Wanggai pemegang visa sementara dilindungi oleh Pemerintah Australia, jadi tak masuk akal jika orang yang dilindungi Australia dapat menjadi target operasi intelijen Indonesia. Seperti yang dilaporkan ABC News, Sabtu (29/11), yang menyebutkan keduanya dipaksa meninggalkan Australia oleh agen-agen intelijen Indonesia di Australia.

Umumnya WNI asal Papua yang berangkat ke Australia pada Januari 2005, diantaranya diimimg-imingi mendapat studi gratis di negeri Kangguru ini oleh Herman Wanggai pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Keberangkatan mereka pun tidak dengan gratis tiap orang diwajibkan Harman Wanggai membayar Rp 7 juta. Kenyataan para WNI asal Papua ini hanya ditipu mereka akhir berkerja sebagai buruh perekebunan atau pekerja kasar.

Warga Papua ini hanya dijadikan komoditas politik OPM untuk mendapatkan perhatian dari dunia internasional agar Papua dapat terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. OPM membuat skenario para warga Papua lari ke Australia karena keselamatan terancam dari aparat militer dan Pemerintah Indonesia.

Dengan kembalinya beberapa warga Papua ke tanah air akhirnya terbuka kedok kebohongan Herman Wanggai dan kelompoknya OPM. Diharapkan warga Papua agar tidak mudah terbujuk rayu ataupun tertipu oleh strategi kelompok OPM yang mengajak lari dari Papua ke luar negeri untuk merubah nasib atau mendapat studi gratis. Karena dibalik itu OPM telah menjadikan warga Papua sebagai kepentingan politiknya agar Papua terpisah dari negeri tercinta ini.

Yonas G
Jl. Gandaria, Kebayoran, Jakarta

(mbs)

15 OKETOBER BUKAN HARINYA PAPUA MERDEKA

Home Regional
Maluku & Papua 15 Oktober 2008 Bukan Momen Kemerdekaan Papua Barat!
15 Oktober 2008 Bukan Momen Kemerdekaan Papua Barat!

http://www.duaberita.com/main/regional/maluku-a-papua/222-15-oktober-2008-bukan-momen-kemerdekaan-papua-barat.html
Senin, 13 Oktober 2008 16:30 leonard Gombo

Duaberita - Tanah Papua, Oktober 2008 – RENCANA PELUNCURAN International Parliamentarians for West Papua atau disingkat IPWP pada hari Rabu, 15 Oktober 2008 di gedung Parlemen Inggris – London telah diterjemahkan secara keliru sebagai Hari Kemerdekaan Papua Barat – Papua akan lepas dari cengkeraman NKRI pada Rabu, 15 Oktober 2008. Pemahaman keliru yang berkembang di tengah-tengah masyarakat ini merupakan hasil dari propaganda murahan Intelijen Indonesia untuk menyesatkan pikiran rakyat Papua dan membuat mereka tidak berpikir secara kritis. Oleh karenanya, KONTAK Papua! Edisi ke-7 ini akan menjelaskan sedikit soal momen 15 Oktober 2008 ini.



Pada hari Rabu, 15 Oktober 2008, bertempat di Gedung Parlemen Inggris (di London), akan diluncurkan sebuah Group bernama International Parlementarians for West Papua (IPWP). Group ini mencakup banyak anggota Parlemen dari berbagai Negara dengan Anggota Parlemen Inggris - Andrew Smith dan Lord Harries – sebagai inisiator. Andrew Smith sendiri adalah Ketua Panitia kegiatan tersebut yang telah menyebarkan Undangan kepada berbagai pihak di seluruh dunia untuk menghadiri acara tersebut.

Dalam peluncuran IPWP ini, para anggota Parlemen dari berbagai belahan dunia – termasuk Tuan Powes Parkop (Anggota Parlemen Papua Nugini sekaligus Gubernur Port Moresby) akan hadir untuk secara bersama-sama menyatukan tekad mereka dalam mengangkat persoalan Papua menjadi persoalan Internasional yang perlu diselesaikan melalui sebuah mekanisme Internasional yaitu REFERENDUM.

IPWP tidak lahir secara tiba-tiba atau jatuh dari langit dengan sendirinya sebagai hadiah untuk rakyat Papua Barat. Ia adalah hasil dari perjuangan, pengorbanan, doa dan air mata Rakyat Papua yang disuarakan di Kerajaan Inggris Raya oleh Tuan Benny Wenda. Benny Wenda adalah Pemimpin Papua Merdeka (Ketua DeMMak) yang bermukim di Inggris dan tanpa kenal lelah mengadakan kegiatan Turun Kampung (Turkam) di hampir seluruh pelosok Kerajaan Inggris Raya.
Kampanye Papua Merdeka yang dilakukan Benny Wenda di Kerajaan Inggris Raya diasuh oleh sebuah wadah bernama Free West Papua Campaign dengan Richard Samuelson sebagai pemimpinnya (Co-Director). Dalam sebuah edaran resmi Free West Papua Campaign yang diterbitkan di situs http://www.freewestpapua.org/, Samuelson mengatakan bahwa “…a decade ago the International Parliamentarians for East Timor group played a very significant part in bringing East Timor to international attention. We very much hope that IPWP will do the same for West Papua”. ["…satu dekade yang lalu Group Parlemen Internasional untuk Timor Timur memainkan peran yang sangat signifikan membawa Timor Timur menjadi perhatian dunia internasional. Kami sangat mengharapkan IPWP akan berbuat yang sama untuk Papua Barat".]

Pernyataan Samuelson merupakan penjelasan resmi bahwa momen 15 Oktober 2008 bukan merupakan hari Kemerdekaan Papua Barat sebagaimana dikampanyekan secara biadab oleh Intelijen Indonesia akhir-akhir ini, melainkan Momen ini merupakan langkah penting dalam menginternasionalisasi persoalan Papua Barat hingga menuju kemerdekaan, terlepas dari Indonesia. Hal yang sama pernah dilakukan pada tahun 1998 oleh orang-orang yang sama untuk masalah Timor Timur.

Menurut Richard Samuelson, acara itu akan dimeriahkan oleh group Mambesak dari Belanda di luar gedung Parlemen. Setelah peluncuran IPWP, Benny Wenda dan istrinya, Maria Haluk menurut rencana akan diundang untuk wawancara oleh Radio BBC World Service pada 24 Oktober 2008. Mereka akan mengenakan pakaian adat Papua dan mendendangkan lagu-lagu dalam bahasa Lani yang akan disiarkan secara langsung oleh Radio atau bisa diakses online di situs BBC.
Sementara itu, di Jalan 38 Grosvenor Square, London, W1K 2HW, depan Gedung Kedutaan Besar Indonesia London, akan diadakan aksi massa dari komunitas masyarakat London yang selama ini mendukung kemerdekaan bagi Papua Barat. Sedang, lebih dari 15.000 orang telah mengirim kartu pos kepada Kedubes Indonesia di London, mendesak Indonesia melakukan dialog yang dimediasi pihak internasional dengan perwakilan Papua.(/aby)
http://www.duaberita.com/main/regional/maluku-a-papua/222-15-oktober-2008-bukan-momen-kemerdekaan-papua-barat.html

INTELIJEN DAN UANG PENGARUHI WARGA PAPUA DI AUSTRALIA

Jumat, 28/11/2008 17:22 WIB
Intelijen & Uang Tak Pengaruhi Warga Papua Pulang dari Australia
http://www.detikhot.com/read/2008/11/28/172252/1044849/10/.http://www.detikhot.com.
Taufiqurrahman - detikhot

Jakarta Sudah ada 2 orang dari 43 warga negara Indonesia (WNI) asal Papua pencari suaka di Australia yang pulang ke Indonesia. 2 Orang lagi dikabarkan juga akan kembali. Kepulangan mereka diisukan karena intervensi intelijen dan uang. Departemen Luar Negeri (Deplu) pun membantah.

"Kami nyatakan bahwa dugaan adanya campur tangan intelijen Indonesia adalah tidak berdasar. Keinginan mereka untuk pulang bersifat sukarela. Tanpa ada paksaan. Anda bisa memegang kata-kata saya, tidak ada campur tangan intelijen Indonesia," tegas jubir Deplu Teuku Faizasyah.

Faizasyah menyampaikan hal itu saat press briefing di Gedung Deplu, Jalan Pejambon, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (28/11/2008).

Dia juga menampik adanya iming-iming uang kepada warga Papua pencari suaka itu, agar kembali ke Indonesia.

"Kami tidak bisa berkomentar soal itu. Kami sebagai pemerintah hanya berusaha melindungi warga negaranya. Tapi kepulangan mereka merupakan indikasi adanya rasa frustasi kepada Herman Wainggai (pemimpin warga Papua pencari suaka politik ke Australia)," jelas dia.

Sebelumnya sudah ada 2 orang dari 43 orang pencari suaka yang kembali ke Indonesia. Mereka adalah Hanagobay dan Jubel Kareni yang kembali pada September 2008. Dua orang lagi yang akan menyusul kembali ke Indonesia masih dalam proses.(nwk/nrl)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Pencari Suaka Papua Pulang, Deplu Bantah Intelijen Terlibat

OhYesOhNoNov 30 2008, 03:57 PM
Source: Kompas.com Jumat, 28 November 2008 | 16:47 WIB
http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/28/...elijen.terlibat
http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t155769.html

Pencari Suaka Papua Pulang, Deplu Bantah Intelijen Terlibat

Yunus Wanggai bersama putrinya, Anike, di Melbourne

QUOTE
JAKARTA, JUMAT - Departemen Luar Negeri (Deplu) membantah isu kepulangan dua warga Papua Barat dari 43 orang yang mencari suaka ke Australia sebagai upaya dari intelijen Indonesia di Australia. Tetapi belum ada konfirmasi mengenai kepastian kepulangan dua orang tersebut.

Hal itu diungkapkan Juru bicara Deplu, Teuku Faizasyah, di Gedung Deplu, Jakarta, Jumat (28/11). "Dugaan campur tangan intelejen Indonesia itu memang tidak berdasar. Keinginan mereka untuk pulang ke Indonesia itu bersifat sukarela tanpa paksaan, nanti tanyakan langsung saja pada mereka," katanya.

Faizasyah juga membantah adanya dugaan pemberian uang pada kedua orang itu. "Saya tidak bisa berkomentar soal itu. Kami sebagai pemerintah hanya berusaha melindungi warga negara. Tapi niat kepulangan mereka merupakan indikasi adanya rasa frustrasi di pihak Herman Wanggai," katanya.

Seperti diberitakan, karena merasa jenuh dan tidak betah, dua pencari suaka asal Papua Barat di Australia, Hana Gobay dan Jubel Kareni dipulangkan atas bantuan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melbourne dan Departemen Luar Negeri Indonesia pada 23 September 2008 kemarin. Kedua WNI itu sudah pulang ke tanah air dan direncanakan tiba di Papua pada 24 September 2008 dengan didampingi staff KJRI Melbourne dan Departemen Luar Negeri.

MYS


peace
OhYesOhNoNov 30 2008, 04:03 PM
Source: Kompas.com Sabtu, 29 November 2008 | 17:59 WIB
http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/29/....soekarno-hatta

Yunus Wanggai Tiba di Soekarno-Hatta

Yunus Wanggai bersama putrinya, Anike, di Melbourne


QUOTE
TANGERANG, SABTU - Warga Papua bernama Yunus Wanggai yang mendapatkan suaka dari Pemerintah Australia, tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Sabtu (29/11) sekitar pukul 16.15 WIB.

Yunus Wanggai tiba di Indonesia menggunakan pesawat Garuda nomor penerbangan GA-409 tujuan Denpasar-Jakarta bersama anak perempuannya bernama Anike Wanggai.

Sebelumnya, Yunus Wanggai bersama 41 orang warga Papua lainnya yang mencari suaka politik kepada Pemerintah Australia pada tahun 2006. Para pencari suaka tersebut melakukan perjalanan menggunakan mesin perahu mulai dari Jayapura menuju Serui, Kabupaten Yapen di sebuah Pulau Cendrawasih, Papua. Kemudian warga Papua tersebut melanjutkan perjalanan menuju Pulau Kamaan di Kabupaten Merauke dan berhasil menyeberang ke Australia.

Saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Yunus Wanggai menggunakan topi merah, jaket abu, celana jeans warna biru muda, sedangkan Anike mengenakan baju pink dan membawa boneka koala berwarna putih-abu.

IMA
Sumber : Antara


peace

MAFIAH INDONESIA ATAS PAPUA

Papua Indonesia Freeport, proses penjajahan

Written by www.RYKERS.org on at 6:57 AM

http://mafiaindonesia.blogspot.com/2008/11/papua-indonesia-freeport-proses.html
Pengantar

Sebuah artikel yang cukup menarik ditulis oleh seorang pengagum Adolf Hitler. Penulis mengaku sangat tertarik dengan dunia intelijen dan pernah atau masih sedang mencoba menembus lembaga intelijen di Indonesia. Seorang muda yang kreatif dan berhasil mendapatkan coretan bocoran analisa intelijen berkat kecerdikannya.

Saya rasa cukup adil untuk mempercayai pengakuannya telah berhasil memperoleh sejumlah tulisan analisa intelijen dari kantor BIN. Mengapa saya percaya? tidak lain karena saya tahu persis kelemahan BIN yang bisa diibaratkan gudang analisa yang sangat rahasia namun dipelihara bagaikan tempat sampah. Dokumen berserakan tanpa ada prosedur penghancuran atau penyimpanan yang memadai, anggota-anggotanya yang oleh penulis (Abwehrmeister) disebut sebagai punggawa pejaten pada umumnya sudah melupakan prinsip internal security dan cenderung semborono. Kondisi inilah yang memudahkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kelemahan tersebut untuk tujuan yang macam-macam.

Saya jadi ingat perbincangan dengan mantan Kepala BAKIN (KABAKIN) almarhum Letjen (purn) Z.A. Maulani ketika beliau masih bertugas di kantor Sekretariat Wakil Presiden. Menurut beliau laporan BAKIN seperti garbage in garbage out. Menyedihkan sekali bukan?
Isi sebuah laporan intelijen barangkali biasa saja dan bersifat rutin, tetapi karena ia dibuat oleh lembaga intelijen maka tidak selayaknya diperlakukan seperti kertas bungkus pisang gorang.

Tentu perspektif di atas tidak bersifat general, karena masih ada junior-junior saya yang sekarang naik dalam level eselon 1 dan 2 yang benar-benar menjaga prinsip internal security dan berhasil menjalankan tugas dengan begitu baiknya. Untuk figur-figur yang tegas dan punya komitmen tinggi dalam tugas maka tidak ada celah bagi kesembronoan. Dari sisi unsur militer juga demikian ada yang sangat profesional dan ada yang sembrono. Mudah membedakannya unsur militer yang masuk BIN hanya ada dua macam, pertama adalah mereka yang sangat dibutuhkan karena kemampuannya dan kedua adalah mereka yang mengemis segala cara kepada Kepala BIN agar diberikan jabatan karena di militer karirnya tamat.

Kebobrokan organisasi BIN maupun BAIS inilah yang melahirkan seorang Senopati Wirang yang harus menanggung MALU menuliskan BLOG I-I berdasarkan pada pengalaman pahit bertahun-tahun. Pernah saya menulis surat kaleng kepada Presiden Suharto...hasilnya malah pembersihan organisasi dan ancaman-ancaman. Memang saya bukan Ksatria yang terang-terangan menantang sistem, tetapi apalah artinya perjuangan satu suara yang lemah ini. Saya sudah menyaksikan banyak korban berjatuhan bahkan seorang sahabat ada yang sampai di Penjara dan seorang Jenderal Yoga Soegama hanya sempat minta maaf di depan mayatnya setelah sahabat saya sakit sekian lama. Setidaknya sejak saya bergabung dengan Intelijen Tempur, Intelijen Strategis dan Intelijen Sipil dan sampai masa akhir hidup saya ini belum ada yang menyadari siapa saya.

Ah pengantarnya jadi terlalu banyak, habis saya kesal dengan sistem pengamanan yang amat sangat buruk di institusi intelijen Indonesia.


Silahkan disimak artikel dari seseorang yang sangat memimpikan dirinya menjadi seorang agen intelijen.
------------------------------------------------------------------------------------------------

GRAND DESIGN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PAPUA
oleh: ABWEHRMEISTER
Menarik kita amati perkembangan kasus Papua, yang diawali dari kasus Abepura (yang menuntut ditinjau ulangnya kontrak karya antara PT.Freeport Indonesia dan pemerintah RI) dan kasus pemberian visa tinggal sementara oleh Australia bagi puluhan orang aktivis Papua Merdeka yang menyatakan adanya genocide di Papua. Mari kita coba mengamati secara lebih seksama kedua kasus tersebut.

1. Tuntutan peninjauan ulang kontrak karya antara pemerintah RI dan PT.Freeport Indonesia.

Hal ini mulai mendapat perhatian publik setelah terjadi demo besar-besaran oleh sebagian besar unsur masyarakat Papua (baik di Papua maupun di Jakarta) yang menelan korban dari aparat dan dari masyarakat. Mereka menuntut di tinjau ulangnya kontrak karya pengolahan Sumber Daya Alam yang dilakukan PT.Freeport Indonesia, sebuah perusahaan Amerika Serikat. Tuntutan ini dikarenakan selama ini PT.Freeport Indonesia dinilai lalai dalam menangani masalah lingkungan hidup dan PT.Freeport Indonesia dirasa tidak memberi dampak positif secara signifikan kepada masyarakat asli Papua. Hal ini diperkuat oleh adanya laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia yang menyatakan bahwa (pada intinya) telah terjadi degradasi/penurunan kualitas lingkungan hidup di Papua, yang apabila dibiarkan terus menerus akan sangat merugikan Indonesia. Beberapa tokoh politisi dan parlemen Indonesia belakangan angkat bicara dan mengakomodir keinginan masyarakat Papua melalui parlemen.

DPR mendesak pemerintah untuk meninjau ulang kontrak karyanya dengan PT.Freeport Indonesia. Hanya sayang sikap DPR ini hanya melalui pernyataan-pernyataan tokohnya secara parsial, bukan sikap resmi DPR secara institusional sebagai lembaga parlemen Indonesia. Tanpa perlu menjadi seorang expert, kita bisa melihat adanya gangguan terhadap kepentingan Amerika Serikat di Indonesia. Bisa dibayangkan berapa besar kerugian yang dialami PT.Freeport Indonesia (baca: Amerika Serikat) apabila peninjauan ulang kontrak karya tersebut benar-benar terjadi. Sebenarnya peninjauan ulang kontrak kerja sama merupakan HAK Indonesia sebagai negara yang berdaulat penuh atas Papua. Ditinjau dari segi hukum (tentunya hukum Indonesia), pembaruan suatu perjanjian dimungkinkan untuk dilakukan sebelum habis masa berlaku perjanjian tersebut apabila ada hal-hal yang secara prinsipil melanggar UU.

Ketentuan ini bisa kita lihat dari pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia (BW) yang menyatakan sebagai berikut :”semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.”

Dari uraian pasal tersebut diatas nampak jelas bahwa suatu perikatan hukum (baca: perjanjian) dapat ditarik kembali (atau diperbarui) apabila mendapat kesepakatan dari kedua belah pihak dan atau pelanggaran terhadap UU yang berlaku. Dalam hal ini UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Posisi pemerintah dalam hal ini sebenarnya sangat kuat baik secara de facto maupun secara de jure.

Pemerintah tidak perlu takut terhadap pencitraan buruk Indonesia di luar negeri. Saya yakin banyak putera-puteri Indonesia yang ahli dalam bidang komunikasi dan pencitraan diri. Masih banyak investor asing lain yang mau menanamkan modalnya di Papua. Dalam kasus ini PT.Freeport Indonesia (baca:Amerika Serikat) jelas-jelas merasa terancam dan merasa terusik posisinya di Indonesia. Logikanya, pasti mereka akan memberikan reaksi yang kita tidak tahu entah apa. Melihat arah kebijakan luar negeri AS yang kental nuansa kapitalisme (baca: kolonialisme) yang dilatar belakangi sumber daya alam (Irak, Blok Cepu, Amerika Latin),bisa dipastikan mereka akan mempertahankan kepentingannya dengan segala cara. Pengalaman kita pada masa pemerintahan Soekarno, dimana AS berencana untuk menduduki Indonesia melalui skenarionya membumi hanguskan CALTEX di Riau untuk kemudian mendarat dan menguasai Indonesia. Kejadian itu pada masa pemberontakan PRRI-PERMESTA pada zaman pemerintahan Soekarno. Saya merasa bersyukur skenario tersebut gagal total dan akhirnya mencoreng muka AS. Bukan tidak mungkin AS akan mempertahankan kepentingannya dengan cara-cara yang sama atau sama sekali baru yang tidak kita duga sebelumnya. Kita harus dapat mengantisipasi potensi-potensi ancaman dimasa datang. Untuk tujuan itulah tulisan ini saya buat.


2. Kasus pemberian visa tinggal sementara oleh Australia terhadap aktivis separatisme Papua.
Kasus ini membuat hubungan bilateral Indonesia – Australia kembali memanas. Indonesia menarik kembali dubesnya, sementara dubes Australia dipanggil Menlu RI untuk menjelaskan sikap pemerintahan Australia. Untuk yang kesekian kalinya hubungan Indonesia – Australia menegang. Masih segar dalam benak rakyat Indonesia bagaimana peran aktif Australia dalam kasus lepasnya Timor-Timur dari pangkuan ibu pertiwi. Belakangan diketahui bahwa motif utama Australia dalam mensponsori kemerdekaan Timor-timur adalah celah timor yang ditengarai kaya akan minyak. Sobat kental AS ini nampaknya telah belajar banyak dari sohibnya itu. Pemberian suaka dan visa tinggal tersebut jelas-jelas tidak mencerminkan sikap dukungan Australia terhadap kedaulatan wilayah NKRI, seperti yang selama ini berulang kali mereka utarakan kepada berbagai media dunia. Sikap mereka ini menunjukkan bahwa mereka memberi dukungan kepada elemen-elemen separatisme di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari adanya dukungan berupa moril dan materiil dari berbagai parpol Australia terhadap pihak separatis Papua (sebagaimana tercantum dalam temuan data dan fakta yang dibawa oleh tim parlemen Indonesia yang akan sowan ke Australia). Terlebih lagi kita memiliki pengalaman pahit pada masa lalu dalam kasus lepas nya Timor-Timur dari NKRI. Apakah kita akan jatuh dalam lubang yang sama untuk yang kedua kalinya? Saya yakin bahwa ini adalah suatu skenario yang disusun bersama antara Australia dan AS dengan tujuan untuk mengambil alih sumber daya alam yang terdapat di Papua. Indikasinya adalah Australia begitu mengekspos penindasan yang dialami oleh para aktivis separatisme Papua (versi mereka tentunya). Bahkan mereka menuduh telah terjadi genocide di bumi Papua. Ini adalah suatu tuduhan serius yang tidak berdasar. Serius karena istilah genocide merupakan salah satu pelanggaran HAM berat, setara dengan yang dilakukan oleh NAZI Jerman. Tidak berdasar karena tuduhan tersebut tanpa disertai data, fakta dan bukti yang kuat dan meyakinkan. Ini adalah bagian dari skenario panjang AS dan Australia untuk merebut sumber daya alam Indonesia. Selama ini Amerika dikenal sebagai agresor yang mengabaikan norma-norma apapun dalam menjaga kepentingannya diberbagai penjuru dunia. Tidak perlu legitimasi, tidak perlu ada bukti yang kuat, dan sering kali mengabaikan PBB.
3. Alternatif penyelesaian masalah.
Berkali-kali Australia menginjak-injak harga diri dan martabat bangsa Indonesia. Penangkapan nelayan Indonesia, pelanggaran kedaulatan Indonesia di udara oleh AU Australia (boleh tanyakan pada saudara-saudara kita di AURI), lepasnya Tim-tim dari NKRI, pemasangan instalasi rudal yang dapat menjangkau wilayah NKRI, dan sekarang dukungan secara terang-terangan terhadap elemen separatisme Papua (pihak parlemen Indonesia dan kalangan intelijen pasti tahu lebih banyak). Kita semua pasti mahfum bahwa kita tidak bisa berharap banyak dari PBB. Sudah banyak kejadian yang menunjukkan bahwa PBB tidak memihak kepada rasa keadilan masyarakat internasional dan didalam tubuh PBB sendiri ada perbedaan perlakuan terhadap negara-negara anggotanya. Masih adanya hak veto bagi beberapa negara menunjukkan hal ini. Padahal hak veto tersebut sangat tidak relevan dan sangat mencederai asas persamaan kedudukan negara-negara yang berdaulat di dunia. Tidak akan pernah tercapai susunan dunia yang adil, merata dan sejahtera bila PBB (sebagai organisasi internasional yang utama) masih tidak berubah. Sikap Indonesia yang menarik kembali duta besarnya di Australia mencerminkan adanya perhatian yang serius dari pemerintah RI. Kita harus menata ulang kembali hubungan bilateral kita dengan Australia. Saya menyarankan beberapa alternatif penyelesaian disini, yaitu :
§ Secara eksternal
- Melakukan komunikasi bilateral dengan Australia melalui saluran diplomatik secara lebih intensif dan komprehensif dalam konteks Papua
- Mencari dukungan dalam berbagai forum internasional terhadap keutuhan kedaulatan wilayah NKRI (negara-negara Asia-Afrika, ASEAN, PBB,dll)
- Memberikan penjelasan kepada masyarakat internasional bahwa apa yang terjadi di Papua adalah murni masalah intern dalam negeri Indonesia, bahwa tidak ada peristiwa pelanggaran HAM berat (genocide) yang terjadi di bumi Papua seperti yang dituduhkan para aktivis separatisme Papua, bahwa apa yang dilakukan Australia adalah bentuk sikap bermusuhan dan melegalisasi tuduhan pelanggaran HAM berat di Indonesia, bahwa sikap Australia tersebut merupakan suatu bentuk ancaman terhadap kedaulatan sah suatu negara yang dapat menimpa negara mana saja di dunia dan merupakan preseden buruk dimasa datang.
§ Secara internal
- Melakukan pengusutan tuntas terhadap kasus kerusuhan Abepura, Papua.
- Merangkul semua elemen masyarakat Papua untuk bersama-sama mencari solusi yang terbaik bagi bangsa dan negara RI (hal ini lebih sulit dalam hal implementasi di lapangan).
- Mencari bukti keterlibatan asing dalam kasus Papua.
- Para pemimpin bangsa ini agar tidak serta merta mengeluarkan pernyataan yang bersifat tuduhan yang menyudutkan saudara sebangsa sendiri (politisasi). Akan lebih baik jika kita memfokuskan perhatian dan stamina kita untuk mengantisipasi ancaman dari luar. Kasus ini adalah murni masalah harga diri dan martabat Indonesia, tidak perlu kita larut dalam kepentingan politik sesaat.
- Melakukan pemberdayaan intelijen nasional baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini sangat penting artinya untuk menangkal ancaman-ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Sebagai contoh, pembentukan aturan hukum yang jelas bagi kalangan intelijen nasional lebih urgent ketimbang RUU APP misalnya.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat, paling tidak, menimbulkan kesadaran berbangsa dan semoga dalam tataran lebih luas dapat memberikan alternatif wawasan dalam menanggapi sikap Australia. Semoga Tuhan YME melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Amin !!

0 comments
Categories: Konspirasi Indonesia, Laporan Itelijen, Penjajahan Perusahan Asing
Share this post - Email This
i
http://mafiaindonesia.blogspot.com/2008/11/papua-indonesia-freeport-proses.html
0 Responses to "Papua Indonesia Freeport, proses penjajahan"

INDONESIA BANTAH INTELIJEN DI AUSTRALIA

Indonesia Bantah Lakukan Operasi Intelijen di Australia
Sabtu, 29 November 2008 | 09:28 WIB
http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7894291452021225662&postID=2247217706142290289

TEMPO Interaktif, Jakarta: Indonesia memastikan bahwa dua lagi warga Papua yang mencari suaka yang tiba di Cape York, Australia, dua tahun silam akan kembali ke Papua.

Namun, Departemen Luar Negeri Indonesia menyangkal proses pemulangan kembali (repatriasi) itu merupakan bagian dari operasi intelijen di Australia.

Sekitar dua minggu silam pencari suaka Yunus Wanggai dan anak perempuannya Anike tiba-tiba raib dari tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi yang membuat keluarga dan kerabat mereka melaporkan Yunus dan anaknya telah menghilang.

Seperti yang dilaporkan ABC News, Sabtu (29/11), pernyataan dari sebuah sumber menyebutkan keduanya dipaksa meninggalkan Australia oleh agen-agen intelijen Indonesia di Australia.

"Hal itu sama sekali tidak benar. Itu merupakan kebohongan yang dicari-cari untuk mendiskreditkan Pemerintah Indonesia," ujar Faizasyah kepada Tempo lewat sambungan telepon.

Menurutnya, Yunus dan anaknya pemegang visa sementara yang dilindungi oleh Pemerintah Australia. "Jadi tak masuk akal jika orang yang dilindungi Australia dapat menjadi target operasi intelijen Indonesia," ujarnya.

Faktanya, kedua orang tersebut yang mendatangi Kedutaan Besar Indonesia di Canberra. "Pemerintah Indonesia wajib melindungi warganya," tutur dia.

Yunus dan Annike kini berada di Canberra dan sedang mempersiapkan kepulangan mereka ke Papua. "Yunus Wanggai dan anaknya diharapkan tiba di Papua dalam yang sangat waktu dekat," ucap Faizasyah menambahkan.

BOBBY CHANDRA
http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7894291452021225662&postID=2247217706142290289
Topik :
Suaka Politik Departemen Luar Negeri

PASCA KEGAGALAN OTSUS PAPUA

Nasional

Pasca Demontrasi Kegagalan Otsus di Papua

Oleh : Yermias Degei

08-Mei-2007, 19:00:45 WIB - [www.kabarindonesia.com]


KabarIndonesia - Beberapa hari terakhir ini dilaporkan, aksi Intelijen Indonesia di beberapa kota di Papua seperti Nabire dan Jayapura meresahkan warga. Hal ini terjadi menyusul aksi demontrasi rakyat Papua di beberapa kota di tanah Papua yang menilai pelaksanaan otonomi khusus (Otsus) di tanah Papua telah gagal dan meminta pemerintah Indonesia segera melaksanakan dialog untuk referendum.

Melalui telepon selulernya, salah satu sahabat dari Papua melaporkan, selain aksi kegagalan Otsus sepekan ini, aksi duka Nasional Front Persatuan Perjuangan Rakyat (PEPERA)-Papua Barat atas Integrasi Papua Barat ke NKRI di lingkaran Abepura juga diwarnai terror dan operasi berkelanjutan oleh Intelijen Indonesia. "Saya baru menyampaikan informasi ini karena dua hari terakhir ini di rumah saja. Saya takut keluar. Sebelumnya, ketika kami melakukan demontrasi atas kegagalan otonomi khusus di tanah Papua juga kami diamati orang-orang tak kenal," katanya menjelaskan.

Selain itu, operasi intelijen itu juga dinilai ada kaitannya dengan rencana POLDA Papua untuk memindahkan para tahanan politik, yakni Filep Karma, Yusak Pakage, Selfius Bobi, Cs ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang.

http://papuapost.com/ juga melaporkan, operasi penyusupan Intelijen Indonesia ke asrama-asrama mahasiswa Papua di Jayapura itu telah dimulai beberapa bulan terakhir ini. "Hal ini untuk pengamanan situasi atas rencana pemindahan Filep Karma, Yusak Pakage, Selfius Bobi, Cs ke Lembaga Pemasyarakatan Cimpinang. Selain itu, aksi intelijen juga dilakukan untuk mengamankan Majelis Rakyat Papua (MRP) yang sedang membahas tentang lambang-lambang budaya agar rakyat Papua dapat digiring untuk tetap mengakui MRP sebagai lembaga keutuhan NKRI.


Laki-laki Tak Dikenal Masuk Kamar Asrama Putri
Seperti yang juga yang diberitakan http://www.melanesianews.org/, aksi Front PEPERA-PB dan Koalisi Hak-Hak Sipil Rakyat Papua Barat itu merupakan salah satu bentuk protes atas integrasi Papua Barat ke dalam Republik Indonesia yang tidak sah.

Dilaporkan, pasca aksi itu, dua orang tidak dikenal dengan ciri-ciri, rambut gondrong, badan kekar, jaket hitam, dan bersarung senjata lipat mendatangi Asarama Putri Nabire di Jayapura yang beralamat di Perumnas I. Penghuni asrama itu, melaporkan, tiga orang tidak dikenal (diduga intelijen Indonesia) itu dobrak masuk ke kamar-kamar asrama tanpa permisi.

"Pak, kami tidak kenal Anda, tetapi anda berani sekali mau masuk ke kamar-kamar kami", kata salah seorang penghuni asrama itu. Katanya, "Saya datang cek apakah teman-teman laki-laki dari pegunungan tengah biasa datang ke sinikah?". "Tapi bapak ini siapa dan tinggal di mana, tanya putri itu. "Saya tinggal di Jayapura dan mahasiswa Theologi," kata orang tak kenal itu. Kebetulan pada saat itu ada seorang putri mahasiswa STT dan dia bertanya, "Di kampus mana?" "STT Skayne," Jawabnya singkat. "Ya tapi saya juga mahasiswa STT Skayne, namun saya tidak pernah melihat bapak kuliah di sana," kata putri itu menjelaskan.

Melalui http://www.papuapost.com/ juga memberitakan bahwa, dialog yang tak ada jelas juga terjadi antara orang tak kenal itu dengan putri-putri Papua penghuni asrama itu. "Bapak gereja dimana, saya gereja di PNIEL Kotaraja dekat Brimob, oh kira-kira bapak kenal ibu MG yang melayani di gereja ya. Saya kenal, Ibu ini melayani setiap hari apa saja? Aduh saya tidak tahu habis terlalu sibuk kerja."

http://www.papuapost.com/ mengabarkan, orang tidak dikenal itu setelah tidak ada jababan lagi, langsung pergi meninggalkan dengan muka merah. "Sejak operasi awal ini seluruh agen-agen diperintahkan untuk ke asrama-asrama mahasiswa yang dari Pegunungan Tengah dan Pantai Selatan di tanah Papua. Kehadiran mereka berkedok tukang roti, penjual kue, penjual es, penjual sayur, penjual pakaian dan lainnya.

Sahabat dari Jayapura itu mengatakan, para intelijen Indonesia di Papua (Jayapura) kini tak tahan lagi dengan berpura-pura sebagai pedagang sayur, pedang kue, dan lainnya. Kini mereka lebih banyak langsung dan terang-terangan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Mereka selalu menanyakan asrama mahasiswa Papua. Dan fokusnya adalah mahasiswa pengunungan tengah. Mereka juga (intelijen Indonesia) kini justru mengikuti diskusi-diskusi, acara doa, serta kegiatan perkumpulan apapun yang dilakukan oleh mahasiswa Papua di tanah Papua (Jayapura).

Senjata Api Intelijen Indonesia Ditangkap di Nabire
Dari Nabire juga dilaporkan, Rabu, 28 Maret 2007, pukul 10 siang waktu setempat, masyarakat Nabire Papua merampas senjata api nomor seri LLAMA CAL 380 III-A 0704 9040-96 GABI LANDO CAVITSONG (EXPAN?) yang dimiliki seorang intelijen pusat di jalan Ampera Kulurahan Karang Mulia Nabire.

Ketua Biro Perdamaian dan Keadilan KINGMI, Klasis Nabire-Papua Yones Douw dan Sekjen Front Pepera Konsulat Indonesia Marthen Goo yang menyaksikan insiden ini mengatakan, insiden ini berawal dari pemukulan terhadap Jhon Gobay. M. A. Insiden ini bermula, ketika Gobay dipukul oleh lima orang tak kenal. Lima orang itu adalah pendatang baru, yang sering nongol bersama seseorang intel polres Nabire di disekitar perumahan masyarakat Papua. Yones Douw melaporkan, setelah terjadi pemukulan itu, masyarakat setempat berdatangan untuk menolongnya. Karena melihat bahwa masyarakat mulai bertambah, maka ke-5 orang Non-Papua itu takut dan melarikan diri. Melihat masyarakat yang terus berdatangan itu, maka pistol yang dipegang salah satu intelijen itu cepat-cepat dimasukkan ke kantungnya. Namun usaha itu sia-sia. Pistol tersebut jatuh di jalan.

Akhirnya, pistol yang jatuh itu langsung diambil oleh seorang masyarakat yang bernama Denny Kobepa. Katanya, senjata itu, bukan dirampas dari tangan. Karena masyarakat yang datang banyak, maka pemilik pistol itu tidak sempat mengambil pistolnya. Ia justru lari menyelamatkan diri dan lari. Usai peristiwa itu, masyarakat menyegel rumah yang ditempati oleh lima orang intelijen itu.

Melihat hal itu, Yones Douw Ketua Biro Perdamaian dan juga Tokoh muda Nabire ini mengumpulkan semua masa dan melakukan long mars dari tempat kejadian (TKP) ke kantor Kapolres Nabire. Masa yang berjumlah sekitar 1.000 masa ini kemudian bersatu dan memenuhi kantor kapolres. Sesampainya di Polres, masyarakat diterima oleh Wakil Polres Edikurniawan, tepatnya pukul 14.20. "Kami datang ke kapolres ini sifatnya ingin menginformasikan bahwa kami telah mengambil senjata ini. Senjata ini milik Intelijen Pusat, bukan milik TNI Nabire atau pun Polisi Nabire," kata Douw.

"Ini adalah senjata Ilegal, maka kami akan mengembalikan ke POM (Polisi Militer) selanjutnya masalah Jhon yang dipukul itu hanya kriminal biasa, yang mana masalah ini harus bapak yang menanganinya. Namun masalah pistol ini adalah masalah yang tidak pada prosedur atau pada jalur," kata Douw menjelaskan kepada Wakil Polres Edikurniawan.

Pada hari itu juga masyarakat, Nabire menuju Kantor POM. Setibanya di sana masyarakat berdiri menutup halaman POM. Kemudian masyarakat diterima oleh Komandan POM D. Darmawan pada pukul 15.00 waktu setempat. Dalam pertemuan itu, Douw menyampaikan pernyataan sikap mewakili masyarakat yang ikut pada hari itu. Pernyataan sikapnya adalah:
Hentikan pengiriman Pasukan Non-organik (Pasukan Ilegal) ke Papua.
Kami minta pelaku atau pemilik Pistol ini harus dihadirkan.
Pelaku pemilik pistol ini harus dihukum berdasarkan perbuatannya sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku karena memiliki pistol ilegal, dan pemiliknya pun adalah manusia ilegal.
Jika Proses Hukum dilakukan di Biak, maka ketua DPR harus memfasilitasi kami untuk ke Biak menyaksikan Proses hukum di sana.
Jika kedapatan hal yang sama dikemudian hari, maka orang tersebut harus memfasilitas kita untuk ketemu Presiden.
Pada saat pembacaan pernyataan sikap itu, di hadiri oleh ketua DPRD Nabire Daniel Butu, Kepala suku Mapia untuk 5 Distrik Yohanes Magai dan Kepala Suku Umum MEE Didimus Pakage. Ketua DPR-D mengatakan, dirinya merasa bangga dengan masyarakatnya yang dengan ketulusan hati memanggil dia dan kemudian membawa itu semua melalui prosedur Hukum yang ada.

Komandan POM D. Darmawan menegaskan, dirinya sudah menelpon ke Jakarta dan Jayapura. " Kata pimpinan, pelaku harus diprosedurkan melalui prosedur hukum yang ada. Mereka juga minta beberapa nama yang akan menjadi saksi dalam prosedur hukum nantinya dan nama-nama itu kami akan selalu kontak," demikian Komandan POM D. Darmawan menjelaskan.

Menurut laporan itu, akhirnya diketahui bahwa pemilik Pistol itu adalah Kapten Sinaga dari BAIS (Badan Intelijen Strategi) dari Jakarta. Ia ditugaskan ke Nabire Papua sudah 3 hari. Usia yang begitu muda di Nabire.

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&dn=20070508174422

DEPLU BANATA INTELIJEN TERLIBAT

Home/Nasional
Pencari Suaka Papua Pulang, Deplu Bantah Intelijen Terlibat
/
Artikel Terkait:
Pemprov Papua Sambut Kepulangan Pencari Suaka
Dua Peminta Suaka di Australia Kembali ke Papua

Jumat, 28 November 2008 | 16:47 WIB
JAKARTA, JUMAT - Departemen Luar Negeri (Deplu) membantah isu kepulangan dua warga Papua Barat dari 43 orang yang mencari suaka ke Australia sebagai upaya dari intelijen Indonesia di Australia. Tetapi belum ada konfirmasi mengenai kepastian kepulangan dua orang tersebut.

Hal itu diungkapkan Juru bicara Deplu, Teuku Faizasyah, di Gedung Deplu, Jakarta, Jumat (28/11). "Dugaan campur tangan intelejen Indonesia itu memang tidak berdasar. Keinginan mereka untuk pulang ke Indonesia itu bersifat sukarela tanpa paksaan, nanti tanyakan langsung saja pada mereka," katanya.

Faizasyah juga membantah adanya dugaan pemberian uang pada kedua orang itu. "Saya tidak bisa berkomentar soal itu. Kami sebagai pemerintah hanya berusaha melindungi warga negara. Tapi niat kepulangan mereka merupakan indikasi adanya rasa frustrasi di pihak Herman Wanggai," katanya.

Seperti diberitakan, karena merasa jenuh dan tidak betah, dua pencari suaka asal Papua Barat di Australia, Hana Gobay dan Jubel Kareni dipulangkan atas bantuan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melbourne dan Departemen Luar Negeri Indonesia pada 23 September 2008 kemarin. Kedua WNI itu sudah pulang ke tanah air dan direncanakan tiba di Papua pada 24 September 2008 dengan didampingi staff KJRI Melbourne dan Departemen Luar Negeri.
http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/28/16472262/pencari.suaka.papua.pulang.deplu.bantah.intelijen.terlibat

MYS

MEMBONGKAR RAHASISA NEGARA INDONESIA

MEMBONGKAR RAHASISA NEGARA INDONESIA

BOCORAN DOKUMEN RAHASIA NEGARA REPOBLIK INDONESIA

http://westpapuanews.multiply.com/journal
BAB. 5

SEPARATISME NKRI TERHADAP PAPUA /OPM-ACHE/GAM- MALUKU/RMS

Lakukanlah suatu kelakuan dan tindakan yang terpuji dimata TUHAN ALLAH Alam Raya Semesta dan IA akan menurutimu dan mendegarkanmu.

Berbahaialah bagi anda yang membela kebenaran di hadapan TUHAN ALLAH Alam Raya Semesta dengan taruhan nyawa untukmembela rakayatnya tanpa noda dan celah dari padanya akan diberikan segalah kepercayaan dan kebenaran serta suatu kepemimpinan bagi dunia ketika. Amin.

BERANI MEMBELA KEBENARAN ITU BAIK. DAN LAKUKANLAH PERLAWANAN SEMENJAK KINI.PAPUA PUNYA HAK UNTUK “M”

Dokumen Negara Repoblik Indonesia ini kami paparkan untuk mengetahui kerja-kerja intelijen Negara terhadap upaya mematikan perlawanan dan pergerakan kemerdekaan bagi Bangsa Papua Barat, yang disengaja dilakukan oleh Pemerintahan NKRI, Militer NKRI (TNI-POLRI-Intelijen) untuk memberantas RAS Melanesia Bangsa Papua Barat, yang semakin hari semakin hilang identitas keasliannya, atau ke-Papuaannya yang berkulit hitam/berambut kriting/berwatak keras dan kasar dipangkuan NKRI selama kurung waktu 40 Tahun lebih, yang lebih membahayakan lagi adalah Papua dan Generasi Penerus kedepan, masa depan anda dan saya adalah masa depan yang sangat berbahaya sebagai suatu Bangsa Ber RAS Melanesia, yang berkulit hitam, diantara bangsa –bangsa tak beradap, suatu rumpung Manusia yang mempunyai rasa kemanusiaan terhadap bangsa lainya lebih tipis dan dangkal sebagai suatu Manusia hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kebenaran bagi bangsa lain yang mempunyai suatu hak (Mutlak) untuk Merdeka Penuh adalah suatu permainan bola, dll, bagi Pemerinthan dan Tokoh-tokoh NKRI yang berrumpung Malayo.

Nanti kawan-kawan yang tetap memperjuangkan suatu kemerdekaan bagi Bangsa dan Negara Papua Barat lihat saja, siapa-siapa yang mengera dan berlutut terhadap NKRI adalah mereka yang masuk tergolong dalam penghianatan terhadap jatidiri dan kebenaran yang sebenarnya hanya karena Uang, jJabatan dan Gengsi, serta Sombong, dll. Baik itu Dalam Negeri RI maupun Luar Negeri RI.

Yang tertera dibawah ini adalah suatu pekerjaan Boneka, yang tidak tahu menahau tentang arti dan makna DEMOKRASI sesungguhnya,yang mereka tahu dan kantongi adalah suatu DEMOKRASI sempit ala Nasionalisme NKRI. Bbukan sebuah DEMOKRASI Global-atau DEMOKRASI Universal, artinya bahwa Pemerintahan Negra Indonesia adalah suatu pemerintahan Negara yang JAMAN KUNO, PRIMITIF sebab Pemerintahan Negara Repoblik ini adalah Suatu Pemerintahan Pewaris kerja Kekerasan dan Kejahatan Kemanusiaan, Penindas, perampok, Penjajah yang masih ulet dan tetap berotak masa Perang Dunia yang ke 2 sampai saat ini.

Mereka itu masuk dalam golongan Pemerintahan dan Manusia Biadab, manusia a moral, manusia asusila, dll.

Jadi disini Pancasila itu mereka artikan dalam ketidak benaran dan kepalsuan, Mmanipulasi, Otonom. Yang mereka artikan Pancasila yang sebenarnya adalah : 01. Pancasila 1 Kkehuitanan Manusia (perpadatan Penduduk/ Warga Negara RI); Pancasila 2 Perpisahan bagi Negara kesatuan Repoblik Indonesia; Pancasila 3 Kemanusiaannya biadab dan amoral, asusila, dll; Pancasila 4 Ketidak adilan social ekonomi, menindas, menjajah, memerkosa, dan sekaligus membunuh; 05. Merampok, dan memberontak serta menghapus Bangsa dan Negara Papua Barat. Sebab suatu maklumat Tuhan, PBB, dan UUD 1945 sendiri Tentang Kemerdekaan bagi segalah bangsanya tidak dijamin. (Jadi itulah arti kata sila-slla Pancasila bagi NKRI saat ini yang sebenarnya) Untuk itu Hai Bangsa Papua Barat Mari kita dengn segerah Memerdekakan diri dan Memisah-misahkan NKRI ini adalah tugas dan tanggung jawab kita.

Jadi dibawah ini adalah suatu pekerjaan Boneka yang sengaja mencari kesempatan karena keparat alias mengalami jalan buntuh.

SUATU PEMERINTAHAN NEGARA BONEKA DIA TIDAK AKAN MENGERTI TENTANG KEBENARAN SUATU BANGSA



Jadi DEMOKRASI yang sebenarnya adalah: ……………………..? (masih tanda Tanya(?)) (karena ia Boneka)

Jadi setiap orang yang akan berbicara tentang KEBENARAN dan DEMOKRASI ia akan anggap sebagai musuh utamanya, tapi b inggat baik itu Pihak NKRI yang ganas dan emosi maupun Pihak Bangsa Papua Barat yang ingging mau Merdeka didalam kebenaran ada Tuhan Sang Pencipta. (Sang Raja Damai, Sang Pengelamat, Sang Pelindung, dan Sang Pemelihara, dll)



BAB 5

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME


Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah menjadi keprihatinan nasional dan internasional senantiasa terus dilakukan. Upaya tersebut menjadi sangat penting tatkala keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi sebuah harga yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Proses pemilihan kepala daerah di Provinsi NAD yang dapat berlangsung secara aman, damai, dan demokratis mengindikasikan bahwa pada prinsipnya konflik separatisme di Aceh sudah berakhir.

Pelaksanaan butir-butir kesepahaman Helsinki secara konsisten menjadikan seluruh komponen masyarakat termasuk tokoh-tokoh yang selama ini memiliki idiologi yang berbeda, saling bahu membahu membangun daerah Aceh dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keleluasaan pemerintah daerah mengelola wilayahnya sendiri, keberhasilan rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana Tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, serta proses reintegrasi yang sedang berlangsung, turut mendukung penciptaan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat Aceh.

Selanjutnya adanya berbagai gangguan keamanan dan ketertiban di wilayah Aceh, akan ditangani sebagai tindak kriminal biasa sebagaimana penanganan di wilayah lain Indonesia.

Sementara itu, penyelesaian kasus separatisme di Papua secara simultan terus dilakukan dengan intensif dan dilakukan dengan mengupayakan penyelesaian secara komprehensif. Upaya itu telah menunjukkan keberhasilan dengan indikator semakin menurunnya intensitas perlawanan gerakan bersenjata. Namun, kondisi sosial masyarakat dan masih kuatnya dukungan sebagian kelompok masyarakat terhadap perjuangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) perlu diwaspadai dengan baik. Selanjutnya, upaya diplomasi internasional sedikit banyak mampu mengubah persepsi asing yang semula mendukung gerakan separatisme Papua menjadi mendukung Papua sebagai bagian NKRI sebagaimana dilakukan oleh Anggota Konggres AS, Eni Faleomavaega. Dukungan itu dapat dijadikan penyemangat pemerintah yang selama ini secara terus menerus didera oleh keterlibatan asing yang menginginkan Papua lepas dari NKRI.


I. Permasalahan yang Dihadapi

Konflik bersenjata antara kelompok masyarakat sipil bersenjata dan aparat keamanan saat ini secara signifikan sudah mereda. Kondisi ini turut mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Aktivitas kepemerintahan dan masyarakat dapat berjalan dengan tenang dan dinamis.

Di Provinsi Aceh penetapan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) sebagai salah satu hasil kesepahaman Helsinki menjadikan iklim politik di NAD dapat berjalan dalam suasana demokratis. Proses pemilihan kepala daerah pada akhir tahun 2006 yang aman dan damai mengindikasikan bahwa masyarakat NAD secara keseluruhan tidak berada dalam kondisi tertekan oleh suatu kelompok. Kemenangan yang sebagian besar diperoleh tokoh-tokoh yang selama ini memiliki idiologi yang berbeda, bukan hal yang perlu dipersoalkan selama komitmen terhadap NKRI tetap terjaga.

Walaupun demikian, hal yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua pihak yang ada di NAD adalah bagaimana secara konsisten tetap mematuhi kesepahaman Helsinki tanpa harus memberikan persepsi-persepsi yang keliru yang menjurus pada gagalnya kesepahaman tersebut. Demikian juga dalam hal pembentukan partai lokal yang sesuai dengan konstitusi yang diperbolehkan secara khusus di NAD diharapkan tidak menciptakan visi dan misi partai yang mengarah pada idiologi separatisme maupun pengabaian kesepahaman Helsinki.

Sementara itu, tidak dapat dipungkiri bahwa insiden Konggres Masyarakat Adat Papua yang berlangsung pada 3 Juli 2007 merupakan permasalahan separatisme yang memerlukan perhatian lebih serius bagi upaya menjaga dan menegakkan kedaulatan NKRI.

Pemberian Otonomi Khusus Papua ternyata belum mampu meredam keinginan sekelompok masyarakat untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua. Berbagai aktivitas OPM, baik yang dilaksanakan secara fisik maupun politik sedikit banyak mampu menarik simpati internasional. Oleh karena itu, upaya memperkuat sistem intelijen dan diplomasi luar negeri diperlukan untuk meng-counter aktivitas propaganda negatif OPM di luar negeri.

Selanjutnya terkait dengan aktivitas separatisme Republik Maluku Selatan (RMS), pemerintah harus menyadari bahwa kondisi laten yang selama ini kurang diperhatikan ternyata sewaktu-waktu bisa muncul ke permukaan. Meskipun tanpa melakukan perlawanan fisik bersenjata, pemunculan kelompok separatis pada acara Hari Keluarga Nasional ke XIV yang diselenggarakan di Kota Ambon pada tanggal 29 Juni 2007, menjadi pukulan yang serius bagi upaya menyelesaikan permasalahan separatisme di Maluku.

Berkenaan dengan berbagai hal tersebut, pada masa yang akan datang aksi sekecil apa pun diharapkan perlu ditangani secara bijak tanpa harus mengedepankan tindakan represif.


II. Langkah Kebijakan dan Hasil- yang Dicapai


A. Langkah Kebijakan


Langkah kebijakan yang ditempuh dalam upaya pencegahan dan penanggulangan separatisme adalah sebagai berikut:

1. penguatan koordinasi dan kerja sama di antara lembaga pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan separtisme;

2. peningkatan kesejahteraan masyarakat Aceh melalui perbaikan akses masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi dan politik tanpa diskriminasi;

3. pelaksanaan pendidikan politik dan bela negara secara formal, informal, dialogis, serta melalui media massa dalam rangka meningkatkan rasa saling percaya dan menumbuhkan kecintaan terhadap NKRI;

4. peningkatan upaya diplomasi luar negeri dalam rangka kontra diplomasi OPM dan RMS di dalam dan di luar negeri;

5. pengefektifan upaya deteksi secara dini (early warning system) dan pencegahan awal potensi konflik dan separatisme.

B. Hasil yang Dicapai Berkaitan dengan persoalan Aceh pasca kesepahaman Helsinki, kebijakan yang ditempuh adalah memfokuskan pelaksanakan kesepakatan yang dicapai dalam kesepahaman Helsinki sehingga penyelesaian masalah Aceh tetap dalam kerangka NKRI.

Beberapa kebijakan kesepahaman Helsinki yang telah berhasil dilaksanakan antara lain pemberian amnesti umum dan abolisi kepada setiap orang yang terlibat GAM. Pelucutan senjata GAM sebagaimana yang tertuang di dalam kesepahaman Helsinki telah selesai dilaksanakan. Pemerintah Indonesia telah melakukan realokasi TNI dan Polri. Pemberian jaminan hidup telah diberikan kepada 3.000 orang yang terlibat GAM daIam waktu 3 bulan.

Pemerintah secara intens juga berupaya menciptakan suasana kondusif dengan mengeleminir potensi-potensi kerawanan, khususnya aksi kriminal penggunaan senjata api. Aparat keamanan terkait berupaya terus memburu keberadaan senjata ilegal guna menghindari munculnya gangguan keamanan yang berpotensi menggagalkan upaya perdamaian. Hasil nyata yang dirasakan adalah Pilkada di NAD dapat berlangsung dengan lancar dan aman, meskipun masih diwarnai adanya intimidasi. Keberhasilan dalam Pilkada di NAD, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional, terutama menyangkut upaya menciptakan perdamaian dan peningkatan demokratisasi.

Demikian pula dalam menyikapi pembentukan partai lokal di NAD, pemerintah berhasil melakukan dialog dengan para pemrakarsa untuk menunda penamaan dan pemakaian simbol atau bendera sampai ada ketetapan hukum yang sah.

Terkait dengan permasalahan separatis di Papua, pemerintah berupaya menempuh langkah strategis, baik melalui lobi-lobi internasional maupun pendekatan dengan pemangku kepentingan (stake holder) di Papua. Di samping itu, pemerintah juga melakukan counter propaganda guna meluruskan dan meletakkan permasalahan Papua secara jernih dan objektif serta dapat dimengerti masyarakat internasional bahwa penyelesaian masalah Papua melalui Otonomi Khusus dalam kerangka NKRI merupakan solusi terbaik. Dalam hal ini, pemerintah memanfaatkan momentum penyelenggaraan konferensi Inter Parliamentary Union (IPU) untuk menemui delegasi parlemen Australia, Belanda, dan Inggris guna memberikan informasi yang sebenarnya mengenai perkembangan di Papua.

Selain itu, pemerintah juga melakukan counter propaganda ke beberapa negara Eropa lainnya dalam rangka menangkal isu-isu negatif yang menjadi persepsi internasional selama ini dan sekaligus mempresentasikan perkembangan positif mengenai perkembangan di Papua seperti implementasi otonomi khusus, community development, keberhasilan pilkada, dan Inpres percepatan pembangunan. Hal ini telah berhasil mengubah pandangan sejumlah anggota parlemen negara-negara Barat, khusunya Amerika Serikat yang selama ini selalu mendiskreditkan Pemerintah Indonesia dan cenderung mendukung gerakan separatis Papua.

Untuk mempercepat pembangunan di Papua, telah ditetapkan kebijakan New Deal Policy for Papua dengan memprioritaskan pemantapan ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, peningkatan akses masyarakat pada pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, kebijakan perlakuan khusus bagi putra-putri asli Papua, serta peningkatan infrastruktur dasar untuk pengembangan wilayah-wilayah potensial. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, saat ini telah dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan di Papua.

Sementara itu, dalam menangani insiden pengibaran bendera RMS oleh penari Cakalele di hadapan Presiden pada acara Hari Keluarga Nasional ke XIV di Kota Ambon pada tanggal 29 Juni 2007, secara cermat dan tegas pemerintah telah menangkap para pelaku disertai dengan penyidikan untuk mengungkap latar belakang ataupun keterlibatan dan pertanggungjawaban pihak-pihak terkait, terutama dari unsur TNI dan Polri.


III. Tindak Lanjut yang Diperlukan

Dalam rangka meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai serta mengatasi permasalahan yang dihadapi, diperlukan tindak lanjut terhadap pelaksanaan program pemerintah yaitu pengembangan ketahanan nasional;

pengembangan penyelidikan;

pengamanan dan penggalangan keamanan negara;

penegakan kedaulatan dan penjagaan keutuhan wilayah NKRI;

pemantapan keamanan dalam negeri;

peningkatan komitmen persatuan dan kesatuan nasional;

serta peningkatan kualitas pelayanan informasi publik guna lebih mengefektifkan upaya penyelesaian pencegahan dan penanggulangan separatisme di Indonesia.

Upaya pengembangan ketahanan nasional perlu ditindaklanjuti dengan:

(a) penyelenggaraan kajian kebijakan ketahanan nasional dalam rangka mewujudkan tujuan, kepentingan nasional, dan keselamatan negara dari ancaman terhadap kedaulatan, persatuan, dan kesatuan;

(b) pengembangan otomasi sistem dalam pemantapan nilai-nilai kebangsaan (pembangunan laboratorium pengembangan ketahanan nasional); dan

(c) pendidikan strategis ketahanan nasional dalam rangka peningkatan kualitas kader pemimpin nasional.

Adapun tindak lanjut yang diperlukan dalam pengembangan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan keamanan negara adalah:

(a) pengembangan intelijen negara yang didukung intelijen teritorial dan intelijen sektoral/fungsional agar mampu melakukan deteksi dini terhadap gerakan separatism dan penanggulangan perang urat syaraf dari berbagai anasir separatisme yang sudah memasuki berbagai aspek kehidupan (melalui counter opinion, peperangan informasi, dan pengawasan wilayah);

(b) koordinasi seluruh badan intelijen pusat dan daerah di seluruh wilayah NKRI dalam hal mencegah dan menanggulangi separatisme; dan

(c) pengkajian analisis intelijen perkembangan lingkungan strategis, pengolahan dan penyusunan produk intelijen dalam hal deteksi dini untuk mencegah dan menanggulangi separatisme.

Dalam penegakan kedaulatan dan penjagaan keutuhan wilayah NKRI, tindak lanjut yang diperlukan adalah:

(a) antisipasi dan pelaksanaan operasi militer atau nonmiliter terhadap gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari NKRI, terutama gerakan separatisme bersenjata yang mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia;

(b) antisipasi dan pelaksanaan operasi militer atau nonmiliter terhadap aksi radikal yang berlatar belakang primordial etnis, ras, agama, dan ideologi di luar Pancasila, baik berdiri sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan kekuatan- kekuatan di luar negeri; dan

(c) pelaksanaan diplomasi untuk memperoleh dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan NKRI.

Selanjutnya tindak lanjut yang diperlukan dalam pemantapan keamanan dalam negeri adalah melakukan operasi keamanan dan penegakan hukum dalam hal penindakan awal separatisme di

wilayah kedaulatan NKRI.

Dalam peningkatan komitmen persatuan dan kesatuan nasional, tindak lanjut yang diperlukan adalah:

(a) kegiatan dan operasi intelijen penanggulangan separatisme;

(b) sosialisasi wawasan kebangsaan;

(c) pelaksanaan dan pengembangan sistem kewaspadaan dini sosial di Papua; dan

(d) fasilitasi koordinasi dan komunikasi berbagai pihak dalam penanganan konflik.

Sementara itu, penegakan hukum serta penyelesaian pelanggaran HAM, pengabaian hak-hak dasar penduduk asli Papua, dan adanya perbedaan pendapat mengenai sejarah penyatuan Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu diselesaikan dengan segera.

Kekecewaan masyarakat Papua dan masyarakat lainnya yang ada di Indonesia perlu diobati dengan kebijakan yang menyentuh akar permasalahan dan sebanyak mungkin mengakomodasi aspirasi yang berkembang pada masyarakat Papua.

Akhirnya, untuk meingkatkan kualitas pelayanan informasi publik, tindak lanjut yang diperlukan adalah menyosialisasikan nilai-nilai wawasan kebangsaan melalui berbagai media.


ORANG PAPUA HARUS PAHAMI DAN TELAA INI.

ANDA DAN SAYA PUNYA HAK UNTUK MERDEKA.



Kamu tahu dalam pembahasan diatas kenapa mereka tidak singgung atau masukan tentan Separatisme Timor Leste dan Kosovo………………….? Karena sutu bangsa punya hak untuk menentukan masa depan hidupnya, untuk MERDEKA dan BERDAULAT penuh! Dan jangan percaya terhadap propaganda dan issu-issu dan pendidikan Politik atau Seminar atau pun Presentase-presentase semacam ini yang dilakukan oleh Pemerintahan Boneka NKRI dan Pengikut-pengikutnya ini.

Bagi kita : kaum muda pejuang Papua Barat Merdeka,TPN-OPM, TAPOL-NAPOL, Dewan Adat, Kaum Muda Progresip Papua, dll. Dihimbau agar tetap teguh pada VISI dan MISI kita untuk MERDEKA penuh, dan bagi Bangsa Papua Barat diharapkan untuk tetap berada pada jalur yang kita sedang tempuh yaitu, demi untuk mensukseskan sebuah Kemerdekaan bagi Bangsa Papua Barat, kebebsan yang mutlak bagi kita sebagai Bangsa Papua Barat adalah suatu hal yang paling hakiki bagi segalah Bangsa di Dunia. Jadi anggap saja suatu hal yang terjadi itu adalah sebuah angging yang berlalu.

Pesan saya bahwa orang tua maupun yang orang muda, TPN-OPM,TAPAOL-NAPOL, DAP, PDP, dll. Harus tahu dan lihat bahwa setelah SEPARATISME mendeklarasikan Timor Leste dan Kosovo, dll, menjadi suatu Negara yang berdaulat penuh, maka untuk pemerintahan NKRI, TNI-POLRI, Intelijen Negara RI, maupun sebagian besar Rakyat Indonesia, dll. Mereka semakin hari semakin takut dan membanggung issu-issu dan Propaganda-propaganda bodoh dan keliru seperti ini kita harus jelih terhadap apa yang sedang menimpah terhadap Negara Boneka NKRI ini.

Saya mau katakana saat ini bahwa UNI EROPA, KONGGRESS AMERIKA SERIKAT, PBB, FORUM PASIFIK, FORUM DAN SOLIDARISTAS BENUA AFRIKA BERKULIT HITAM sedang menanti anda dan saya untuk suatru pergerakan yang nyata dan ulet diseluruh Tanah Air Papua Barat. Jadi hari ini sebaiknya kita bicara masalah, Kapan kita mulainya……….?, dari mana kita mulainya………………..?, bagaimana kita memulainya……………………..? dan siapa yang akan mengendalikannya………….?, mempinnnya…………..?, dll. Itulah yang perlu kita pikirkan dan rencanakannya,saat ini, bukan baku rebut-ribut Pemekaran, Pilkada, Jabatan, Uang, dll.

Saya katakana bahwa pemerintahan Negara RI Dia akan kami tuntut setelah pengakuan dan kemerdekaan penuh bagi bangsa Papua Barat itu ada, dari sisi UUD 1945nya,Pancasilanya,Sumpah Pemudanya, apalagi dari sisi Undang-undang dan Piagam PBBnyaterhadap segalah kerugian Segalah Nyawa-nyawanya yang Tewas dan teraniaya oleh Militer Indonesia,dll, serta segalah kerugian Kekyaan Alamnya.

Suatu Undang-undang Negara Repoblik Indonesia Tahun 1945, dan suatu kebenarang Sila-siala Pancasila, batang tubuh serta ayat-ayatnya dan juga suatu kebenarangh Deklarasi Negara-negara Asia Afrika Bandung yang melahirkan Data Sila Bandung (DATA SILA BANGDUNG) serta kebenarang Sumpah Pemuda Indonesia adalah suatu kebenarang diasa bagaikan sebuah Pisau atau Parang yang bermata Dua (sebelah mengebelahnya tajam), yang pernah diasah dan dirangcang sedemiakian rupa namun dibuntuti dan di tumpulkan oleh Pemerintahan NKRI (dari president RI ke president RI), oleh seluruh Jajarang Militer RI (TNI-POLRI/Intelijen Negara RI) dl, sebelah tujuangnya untuk memotong,mengahlau, menekang, menindas, memerkosa, Bangsa, Tanah dan Negara Papua Barat namun sebelah menghancam Negaranya sendiri, disi lainnya kenah sendiri. Seperti itu biasanya terjadi pada Anak-anak kecil yang tidak punya pendirian yang tetap, sebab kebijakan itu akan jatuh kejurang yang terjal dan disana tidak ada ujung pangkalnya. (ia Banggung sebuah Rumah tanpah Pondasi, tanpa Dasar, tanpa Alas, dll) jadi sebentar lagi hujang dan badai akan menimpah Negara atau Bangsa ini, dan disini kita tinggal tungguh kapan rubuhnya, sebab Darah dan Nyawa Bangsa Papua Barat yang tidak berdosa itu sudah menjadi ulat-ulat kayu tiang-tiang Bangunan Negara Indonesia. Mereka sedang bekerja siang dan malam jadi kita tinggal tungguh kapan waktunya. Halelauyah. Amin.

Jadi sekali lagi saya lebih suka katakan Negara Boneka NKRI buatan Sukarno-Hatta dan Suharto. Negara Buta, Negara Pinjaman. Negara tidak tahu diamana akarnya.

Jadi bagi orang Papua Barat berhati-hatilah mendukung Papua Barat dalam keutuhan NKRI………….? Kalau kamu mendukung kamu pun juga akan buta kebenarangnya karena Uang Rupiah bukan Dollar Papua Barat, Jabatan jadi pekerja untuk NKRI (jadi hambah Bangsa dan Negara lain yang buta), dan Pemekarang (jadi pemburuh jabatan kepemimpinan dan Uang Rupiah yang buta), Pilkada, dll. Itu semua adalah pembohongan, penipu, musliat, dan munafik adanya.

Kenapa…..? yaa, itu karena Negara Kesatuan Repoblik Indonesia adalah suatu Negara yang berdiri diatas Pasir, bukan di atas Batu Karang. Negara ini berdirinya bukan diatas pondasi yang jelas dan nyata, maka, akan ada saatnya hujang dan badai akan menerpa Negara ini………..? Hai……Orang papua kalau ko ikut-ikutan maka Engkau pun akan menjadi Sasarang kemarahan Bapaku Sang Pencipta, dan janganlah ko salah gunakan wewenangmu, hai…. Bangsaku, dan Saat amarah Tuhan akan Turung atasnya saat itulah perpisahan nama NegaraKesatuan Repoblik Indonesia. Saat itulah akan hilangnya Nama, Bentuk,Struktur dan Wajah serta kepribadian NKRI.

Karena NKRI adalah suatau Negara Kaca, Negara Cerming, Negara Bayangan, maka Siapapun Berhak memecahkannya, entah ia orang besar atau sorang anak kecil, entah ia dewasa atau muda asalkan ia dituntung Tuhan Allah Alam Raya Semesta dan dan siapayang akan memecahkannya ……………..? Kita tinggal tungguh siapa orangnya dan kapan saatnya dan kapan momennya……..?

Seluruh Jajarang komponen kaum pejuang Papua Merdeka harus di telaah, diilhami, dipahami, dimegerti sebaik-baiknya……………?

Suatu Negara Boneka tidak akan mengakui Kemerdekaan bagi Papua Barat, itu Nyata dan benar adanya.

Kiranya TUHAN ALLAH Alam Raya Semesta akan mengertai anda dan saya. Di medang perjuangan kita untuk membebaskan bangsa Papua Barat dari kemelut penindasan dan penjajahan NKRI. Di dalam nama TUHAN ALLAH Alam Raya Papua Barat yang selalu bersemayam di Papua Barat dapat mengertai kita. Immanuel. Amin.


HAI……….. ORANG PAPUA YANG BODOH (KARENA UANG DAN JABATAN HASIL CIPTAAN NKRI) TEMUKANLAH KEBENARANG DALAM JATI DIRI–MU. DAN BERALILAH KEPADA KEBENARANG SEBAB MALAPETAKA ITU AKAN DATANG KEPA-MU JUGA. SEGERAH LEPASKAN DIRIMU DARI SUATU PERHAMBAANYA.


Suatu jaminan kemerdekaan bagi anda dan saya ada di:

01. Undang-undang atau hukum ALLAH (firman TUHAN =KEBENARAN) Keluarang 20 : ayat 1- selesai (sepuluh perintah ALLAH).

02. Undang-undang atau hokum Universal Deklarasi PBB (Kemerdekaan itu ialah Hak segalah Bangsa).

03. Undang-undang atau hokum Indigenous People (undang-undang masyarakat pribumi), Hukum masyarakat adat. (yang memberi kebebasan untuk suatu Rumpung atau Bangsa).

04. Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea 2 (Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segalah Bangsa).

05. Batang tubuh dan sila-sila Pancasila sebagai dasar Negara Repoblik Indonesia. (biarkan dia keparat sendiri).

06. Deklarasi konferensi Asia -Afrika (data sila bandung).(suatu kebebasan bagi negra-negara jajahan baru bagi Asia-Afrika).

07. Sumpah Pemuda Indonesia. (suatu momon yang paling jitu untuk siapa-siapa sebenarnya NKRI). (untuk Papua Barat hanya MANIPULASI SEJARAH).

08. Hukum Alam (Malapetaka itu akan dan sedang menanti Mereka atas perbuatannya).

09. Hukum Karma. (Anak cucunya akan mengalami cacat jiwa, penceraiberaiaan NKRI, dll).

Bangsa Papua Barat (yang sudah menjadi Pejabat NKRI, Pekerja NKRI, sekaligus menjadi hambah NKRI dan lainnya hati-hati juga dengan Mereka, Anda akan kena Kebenaran diatas). (dan jangan lagi Engkau bermain-main dengan Kebenaran). (Awas hati-hati Anda akan menjadi bisu sepanjang masa). Sebab TUHAN ALLAH Alam Raya Semesta Papua sudah mengutuk Bangsa bodoh ini


THE STATE OF INDONESIA NEVER UNDERSTANDING OF WHAT WEST PAPUANS FIGHTING FOR FREEDOM, THEY ASK BY PEACE,LOVE AND DEMOCRATICES WAY, AT THE TIMES I REALLY NEVER UNDERSTANDING WHAT THEY WANT.BECAUSE WEST PAPUANS ONLY NEED LOVE,JUSTICES,AND TRUE DEMOCRATICES ON THE EARTH OF CREACY HOME OF THE INDONESIAN INDEPENDENT COUNTRY IT SELF.

BECAUSE SAME TIMES, THEY PRESSING, SOMETIMES THEY ATTACKING, SOME TIMES THEY VIOLATING, SOME TIMES THEY ATTACKING, SOME TIMES THEY MURDERING, SOME TIMES THEY DISTURBING WHEN I MYSELF LIFE AND STANDING AT THEIR COUNTRY OF INDONESIA IN JAVA AND BALI ALSO IN MY HOME LAND OF WEST PAPUA NEW GUINEA.

REALLY I NEVER UNDERSTANDING IT, SO FAR, BECAUSE THE UNITED NATIONS, THE GOVERNMENT OF USA,THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA, THE GOVERNMENT OF NEDERLAND, THE GOVERNMENT OF CHINA, THE GOVERNMENT OF JEPANG, THE GOVERNMENT OF OTHERS NEUTRAL AND TRUE DEMOCRATICES INDEPENDENT NATIONS, TOOK AND FOLLOWING THE INDONESIAN WRONG WAY, WRONG DEMOCRACY, CREACY, MAD WAY, BET I STILL WACHING YOU ALL.(EDOWAY YUNUS)

“M”

FIGHT TODAY VICTORY TOMORROW

PULANGLAH DAN LAKSANAKANLAH INI.



Disini.

“HARUS ADA KATA AMIN”

KALAU PEREMPUAN PAPUA TIDAK BERJUANG MAKA KEMERDEKAAN PAPUA BARAT MASIH–PANJANG

BERJUANG BERSAMA KEBENARAN SEJARAH SANG BINTANG KEJORA

PENGABUNGAN TANPA BATAS PERJUANGAN SAMPAI MENANG


Oleh : Edoway Yunus

Penulis adalah Eks Humas AMP, Eks Sekretaris AMP, Eks Ketua KKAMPJOGJA, Mahasiswa STBA-LIA Dan Politeknik PPKP Yogyakarta. Sekaligus Pengamat Politikus, Pemerintahan Daerah dan Publik, Nasional maupun Internasioanal.

Yogyakarta, Friday, June 27, 2008// 4:10:59 AM



You may visit our link at:

http://menasetugaskampus.blogs.friendster.com/papua_mee_news_do_for_all/

http://kkampjogyanews.blogspot.com/

http://www.myheritage.com.tr/FP/guestbook.php?s=28894481

http://picasaweb.google.com/home?tab=mqhttp://profiles.friendster.com/55897046http://profiles.friendster.com/amoyeedoway http://menasetugaskampus.blogs.friendster.com/http://edowaynews.blogspot.com/

http://www.myheritage.com/site-28894481/front-pepera-papua-barat-political-news

http://www.myheritage.com/FP/newsItem.php?s=28894481&newsID=1&sourceList=home

www.dada.net/papuameeopm/
http://s274.photobucket.com/albums/jj273/EDOWAYYUNUS_photos/papua%20integration/
http://picasaweb.google.com/Yunus.Manase.Edoway.Made/SPANDUKPOSTERSOFTHEEARTHFORCAMPAIGN
www.dada.net/papuani/
www.dada.net/ampunyanews/
http://id.dada.net/profile/yuaNywiIXwzKCvm7FInl2COXuI/arthur/
www.dada.net/renesto/
http://id.dada.net/profile/CiaN4w32cgWK2pDXIoEX2oLISFD2yrkFryP.r/barbaritamiguel1/
www.dada.net/komitekotaampjogya/
http://id.dada.net/profile/4laN4wicgKOwpCM4HvfZH2xKSuDHr_/brother2125/
http://id.dada.net/profile/jSaNyREYRRsoHHhNIpqwuSLKp/echow80/
www.dada.net/edowayd/
http://www.blogger.com/home
http://edowaynews.blogspot.com/
http://westpapuanews.multiply.com/journal
Tags: west papua rasism

KASAS KUSUS INTELIJEN NKRI DIPAPUA

Isu Papua Dalam Bingkai Hubungan Indonesia-Australia
Jum'at, 12 Desember 2008 - 06:40 AM

Jayapura, Kepulangan dua warga Indonesia asal Papua penerima visa proteksi pemerintah Australia tahun 2006, Yunus Wainggai, dan putrinya, Anike Wainggai, ke Tanah Air 29 November lalu, kembali memukul kelompok separatis Papua Barat pimpinan Herman Wanggai di Australia.

Kembalinya Yunus dan anaknya yang berusia tujuh tahun atas kemauan sendiri itu juga semakin menguak kebohongan Herman Wanggai tentang kondisi tidak aman dan merasa terancam di Indonesia yang menjadi alasan para pencari suaka tahun 2006 menyeberang ke Australia untuk mencari perlindungan.

Kepulangan Yunus dan putrinya ini sekaligus menjadi bukti bertambah dewasanya hubungan bilateral Indonesia-Australia. Kedewasaan yang tercermin dari relatif lancarnya proses kepulangan Yunus dan anaknya ke Tanah Air itu hampir tidak mungkin terjadi di era pemerintahan John Howard.

Sebaliknya, justru di era Howard-lah, masalah 43 orang pencari suaka asal Papua Barat yang mengarungi lautan dengan menumpang kapal kayu yang dinakhodai Yunus Wainggai, menembus pertahanan laut Australia, dan kemudian terdampar di Cape York awal 2006 itu terjadi.

Kasus ini sempat memperburuk hubungan Jakarta-Canberra ditandai dengan penarikan sementara Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu, TM Hamzah Thayeb setelah pemerintah Australia menghadiahi visa proteksi sementara kepada orang-orang Indonesia asal Papua Barat ini.

Namun karena kasus yang telah menimbulkan insiden diplomatik serius dan memperdalam ketidakpercayaan sebagian publik Indonesia pada Australia itu pula yang mendorong pemerintah kedua negara duduk bersama untuk merumuskan perjanjian keamanan yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Lombok tahun 2006.

Perjanjian yang ditandatangani di Lombok oleh menteri luar negeri kedua negara pada 13 November 2006 dan resmi berlaku sejak 7 Februari 2008 itu menegaskan komitmen Indonesia dan Australia untuk saling menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah masing-masing negara.

Konsisten dengan kewajiban internasional dan hukum nasional masing-masing, kedua negara sepakat untuk tidak memberi dukungan apa pun atau juga berpartisipasi dalam kegiatan perorangan maupun entitas yang dapat mengancam stabilitas, kedaulatan atau keutuhan wilayah pihak lain, termasuk mereka yang berupaya memakai wilayah salah satu negara untuk mendorong atau melakukan kegiatan-kegiatan separatisme.

Kepulangan Yunus Wainggai dan putrinya, Anike, ke Indonesia melalui penerbangan Sydney-Jakarta 29 November lalu itu merupakan peristiwa kedua yang membuat Herman Wainggai kebakaran jenggot setelah kepulangan Hana Gobay dan Yubel Kareni ke Indonesia 23 September lalu.

Seperti terungkap dari jaringan komunikasi antarpara pendukung Organisasi Papua Merdeka (OPM), Herman Wainggai menuding kepulangan keduanya sebagai buah dari operasi intelijen Indonesia di Australia dan Vanuatu, namun tuduhan ilusifnya itu dibantah sendiri oleh Gembong OPM di Vanuatu, Andy Ayamiseba.

Andy Ayamiseba yang dituding Herman mematahkan kampanye diplomatik OPM di luar negeri untuk menjelek-jelekkan Indonesia karena mendukung keinginan Yunus, Anike, dan Siti Wainggai (istri Yunus yang menetap di Vanuatu-red.) untuk pulang membantah apa yang disebut Herman sebagai operasi intelijen Indonesia itu.

"Kaka tau (tahu) ade Yunus dan Anike pulang ke tanah air hari ini (29 November) atas kemauan mereka sendiri, karena alasan pribadi dan ibu Siti (istri Yunus-red.) akan menyusul mereka juga atas kemauan sendiri dan kaka tidak berhak untuk menahan Siti di sini," kata Andy kepada Herman Wanggai dalam surat elektroniknya.

Terkait dengan urusan Yunus dan istrinya dengan KBRI Canberra, gembong OPM di Vanuatu itu melihatnya sebagai "urusan mereka sendiri (yang) disaksikan oleh Australian Authorities(pejabat pemerintah Australia) dan Pengaca Yunus sendiri."

Lalu, menurut Andy, pihak yang mewawancarai Siti Wainggai di Vanuatu adalah petugas Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) yang didampingi penerjemah berbahasa Indonesia, serta kepala imigrasi Vanuatu. "Jadi ini semua dorang dua suami istri punya kemauan sendiri, dan kaka sama sekali tidak berhak mencampuri keputusan suami dan istri."

Surat Siti Wainggai

Apa yang dijelaskan Andy Ayamiseba itu sejalan dengan isi "statement of fact" (pernyataan fakta) Siti Wainggai dari Port Villa, ibukota negara Vanuatu, tertanggal 27 November 2008.

Dalam surat yang ditandatangani Siti dan diberi stempel resmi "Trans-Melanesian Lawyers" warna merah itu, terungkap keinginannya untuk pulang ke Jayapura karena putri tertua mereka yang tinggal di Jayapura sedang sakit keras karena komplikasi paru-paru dan pihak keluarga memintanya pulang untuk merawatnya.

"Suami saya dan saya memutuskan untuk pulang setelah lama sekali menanti status pengungsi tidak kunjung datang dari pemerintah Australia, serta perpisah saya dari keluarga lebih dari tiga tahun," kata Siti dalam suratnya itu.

Terhadap kepulangan Yunus dan Anike, Deplu RI di Jakarta menegaskan bahwa, seperti halnya kepulangan Hana dan Yubel pada 23 September lalu, kepulangan ayah dan anak ini pun menegaskan fakta bahwa klaim mereka untuk mencari suaka politik ke Australia karena alasan takut dituntut atau diadili adalah tidak berdasar.

Dua kasus kepulangan sebagian dari kelompok 43 pencari suaka asal Papua di Australia itu menunjukkan adanya tipu daya dan janji-janji yang tidak dipenuhi Herman Wainggai dan kelompoknya.

Bagi pemerintah RI, menanggapi secara positif permintaan pulang Yunus dan putrinya serta menfasilitasi kepulangan keduanya ke Tanah Air adalah bagian dari tanggungjawabnya memberi perlindungan kepada warga negara di luar negeri.

Kepulangan Yunus dkk semakin memojokkan posisi Herman Wainggai dan membuatnya kebakaran jenggot.

Dalam kasus kembalinya Hana Gobay dan Yubel Surei ke Papua dengan difasilitasi KJRI Melbourne dan KBRI Canberra 23 September lalu, dia bahkan sempat mengancam keselamatan keduanya dengan menyebut mereka "musuh bersama para pendukung Papua Merdeka".

Menanggapi kepulangan WNI asal Papua ini, Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu, TM Hamzah Thayeb, mengatakan, kepulangan mereka tidak hanya mematahkan argumentasi kelompok anti-Indonesia bahwa kondisi di provinsi paling timur NKRI tersebut tidak aman.

Kepulangan mereka juga menunjukkan semakin dewasanya hubungan Indonesia-Australia karena unsur pemerintah kedua negara sudah semakin mampu menangani isu-isu sensitif dan membicarakannya secara baik dan transparan.

"Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith pun pernah mengatakan bahwa adanya keinginan WNI asal Papua untuk pulang itu adalah masalah Indonesia dengan warga negaranya," kata Dubes Thayeb.

Perkembangan positif hubungan kedua negara dalam merespons isu Papua ini tampaknya mutlak dibarengi dengan keseriusan pemerintah RI dalam mempercepat pembangunan yang menyejahterakan rakyat di dua provinsi paling timur Indonesia itu.

Bagi pemerintah Australia, bagaimana mendidik publik di negaranya agar memiliki pemahaman yang proporsional tentang Indonesia baru yang demokratis dan tidak terus-menerus menerima disinformasi tentang Papua Barat versi kelompok Herman Wainggai adalah pekerjaan rumah yang dinilai mendesak.

Sulit untuk membantah fakta bahwa walaupun sudah ada Perjanjian Lombok, Australia tetap saja dipakai oleh kelompok Herman Wainggai bersama sejumlah warga Australia pro-OPM sebagai basis perjuangan mereka.

Buktinya kelompok pro-OPM tetap saja mudah menggelar aksi demo atau menaikkan bendera Bintang Kejora di sejumlah tempat seperti yang mereka lakukan pada 1 Desember lalu. Di antara bendera-bendera itu berkibar di gedung milik pemerintah, seperti aula kota Leichhardt dan Marrickville, Sydney.

(berita daerah)

http://www.infopapua.com/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=5219

INDONESIA DAN PROPAGANDA MURAHAN

[indo-marxist] URGENT! PENYUSUPAN INTELIJEN INDONESIA KE DALAM TIAP BASIS MAHASISWA/I PAPUA DI PORT NUMBAY!
Manuel-Motkom
Wed, 13 Jul 2005 01:17:33 -0700

Ancaman/ Terror
--------------------------------------------------------------------------------

URGENT! PENYUSUPAN INTELIJEN INDONESIA KE DALAM TIAP BASIS MAHASISWA/I PAPUA DI PORT NUMBAY!
By Simon Cuba, Koresponden SPMNews Headquarters
Jul 11, 2005, 18:14


Port Numbay – West Papua SPMNews

KINERJA Intelijen Indonesia untuk memberantas Gerakan Papua Merdeka di Kota-kota, terutama di Port Numbay, telah mencapai tahap yang membahayakan. Mereka telah menyusup masuk di tiap Basis Mahasiswa/I Papua seperti Asrama-Asrama dan Ikatan-Ikatan Kedaerahan maupun Kesukuan. Sekitar 70 Buah Asrama Mahasiswa/I Papua yang tersebar di Port Numbay dan setidaknya 100-an Ikatan Mahasiswa Kedaerahan maupun Kesukuan telah disusupi. Penyusupan dilakukan dengan sempurna karena mereka memakai Ketua-ketua Asrama, Ketua Ikatan, Sekjen Ikatan maupun Orang-orang kunci yang telah direkrut sebagai mata-mata. <<<

--------------------------------------------------------------------------------
Lèche-vitrine ou lèche-écran ? Yahoo! Magasinage.


Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
******Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
[EMAIL PROTECTED] (langganan)
[EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist

--------------------------------------------------------------------------------
YAHOO! GROUPS LINKS

Visit your group "indo-marxist" on the web.

To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
--------------------------------------------------------------------------------

[indo-marxist] URGENT! PENYUSUPAN INTELIJEN INDONESIA KE DALAM TIAP BASIS MAHASISWA/I PAPUA DI PORT NUMBAY! Manuel-Motkom

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=intelijen+indonesia+papua&meta=

INTELIJEN DI NEWS DETIK COM

Jumat, 28/11/2008 17:22 WIB
Intelijen & Uang Tak Pengaruhi Warga Papua Pulang dari Australia
Taufiqurrahman - detikNews
Jakarta - Sudah ada 2 orang dari 43 warga negara Indonesia (WNI) asal Papua pencari suaka di Australia yang pulang ke Indonesia. 2 Orang lagi dikabarkan juga akan kembali. Kepulangan mereka diisukan karena intervensi intelijen dan uang. Departemen Luar Negeri (Deplu) pun membantah.

"Kami nyatakan bahwa dugaan adanya campur tangan intelijen Indonesia adalah tidak berdasar. Keinginan mereka untuk pulang bersifat sukarela. Tanpa ada paksaan. Anda bisa memegang kata-kata saya, tidak ada campur tangan intelijen Indonesia," tegas jubir Deplu Teuku Faizasyah.

Faizasyah menyampaikan hal itu saat press briefing di Gedung Deplu, Jalan Pejambon, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (28/11/2008).

Dia juga menampik adanya iming-iming uang kepada warga Papua pencari suaka itu, agar kembali ke Indonesia.

"Kami tidak bisa berkomentar soal itu. Kami sebagai pemerintah hanya berusaha melindungi warga negaranya. Tapi kepulangan mereka merupakan indikasi adanya rasa frustasi kepada Herman Wainggai (pemimpin warga Papua pencari suaka politik ke Australia)," jelas dia.

Sebelumnya sudah ada 2 orang dari 43 orang pencari suaka yang kembali ke Indonesia. Mereka adalah Hanagobay dan Jubel Kareni yang kembali pada September 2008. Dua orang lagi yang akan menyusul kembali ke Indonesia masih dalam proses. (nwk/nrl)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

http://www.detiknews.com/read/2008/11/28/172252/1044849/10/intelijen-uang-tak-pengaruhi-warga-papua-pulang-dari-australia

BLOG INDONESIA

INTELIJEN INDONESIA
(http://intelindonesia.blogspot.com/)
Tambahan tentang Papua
07 Apr 06 08:26

Sebuah tulisan yang cerdas dari seseorang yang mungkin lebih pantas menjadi Menteri Hukum dan Perundang-undangan Indonesia daripada Menteri yang sekarang. Ma'af...awal tulisan diatas tidak bermaksud subyektif, hanya sebuah kalimat apresiatif atas art

[read more]


iklan blog-indonesia

Other posts by INTELIJEN INDONESIA :
Intelijen Gaya Baru

Seseorang anonymous dengan nama sandi -HatiSejati- menyampaikan sebuah link yang sangat baik yaitu Blog Sosiologi, khususnya mengenai salah satu artikelnya yang buat saya sebenarnya berita lama yaitu tentang intelijen gaya baru. Ketika cikal-bakal interne
(more)

Catatan Khusus Blok Cepu

Baru-baru ini saya menerima e-mail yang merupakan forward e-mail dari Radityo Djadjoeri radityo_dj@yahoo.com, dimana perihal isinya langsung terkait dengan masalah Blok Cepu, sumbernya dari Tempo dan karena saya tidak berlangganan maka tidak ada salahnya
(more)

Soal Papua dan Blok Cepu

Ada salah seorang pembaca Blog I-I yang dua kali menanyakan tentang masalah Papua dan Blok Cepu. Kebetulan saya sedang mampir di Melbourne untuk menemui seseorang untuk urusan pribadi. Yah....agak sulit sejujurnya saya melihat persoalan yang masih aktual
(more)

Hari ini saya gembira

Hari ada 15 e-mail dan 6 komentar yang saya baca dan komentar saya.... sungguh luar biasa sangat menarik. Pertama saya semakin menyadari bahwa para pembaca blog I-I baik yang iseng-iseng, agak serius, sampai yang sangat serius adalah orang-orang yang krit
(more)

Menunggu Aksi Dukungan

Saya mohon ma'af kepada semua rekan-rekan, karena tulisan saya sebelumnya tentang caci dan maki terkesan lemah dan seperti minta simpati. Memang demikianlah adanya, saya perlu juga dorongan untuk terus menulis sebelum nantinya blog ini akan saya wari
(more)

Kritik dan Caci Maki
Masukkan untuk Tulisan Tentang Melawan Terorisme
All the President's Men
Demokrasi dan Teror
Tentang Melawan Terorisme
lanjutan dari bocoran the wing of excellence
Jangan jatuh cinta???
Do not fall in love with your agent !!!
Bocoran dari the Wing of Excellence
Sedikit nasehat buat para agen muda

http://blog-indonesia.com/blog-archive-134-23.html

Don't miss:
Popular topics today
Popular topics this month
What's new today
Popular blogs this month

KERJA INTELIJEN NKRI DI PAPUA

INTELIJEN INDONESIA
intel oh intel......
Disclaimer Notice: All statements of fact, opinion, or analysis expressed in this blog are my own. This is not necessarily reflect any official or views of Indonesian Intelligence Agency or any other Indonesian Government entity, past or present. Nothing in the contents should be construed as asserting or implying Indonesian Government endorsement of an article's factual statements and interpretations.

Friday, April 14, 2006
Grand Design Amerika Serikat Terhadap Papua
Pengantar

Sebuah artikel yang cukup menarik ditulis oleh seorang pengagum Adolf Hitler. Penulis mengaku sangat tertarik dengan dunia intelijen dan pernah atau masih sedang mencoba menembus lembaga intelijen di Indonesia. Seorang muda yang kreatif dan berhasil mendapatkan coretan bocoran analisa intelijen berkat kecerdikannya.

Saya rasa cukup adil untuk mempercayai pengakuannya telah berhasil memperoleh sejumlah tulisan analisa intelijen dari kantor BIN. Mengapa saya percaya? tidak lain karena saya tahu persis kelemahan BIN yang bisa diibaratkan gudang analisa yang sangat rahasia namun dipelihara bagaikan tempat sampah. Dokumen berserakan tanpa ada prosedur penghancuran atau penyimpanan yang memadai, anggota-anggotanya yang oleh penulis (Abwehrmeister) disebut sebagai punggawa pejaten pada umumnya sudah melupakan prinsip internal security dan cenderung semborono. Kondisi inilah yang memudahkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kelemahan tersebut untuk tujuan yang macam-macam.

Saya jadi ingat perbincangan dengan mantan Kepala BAKIN (KABAKIN) almarhum Letjen (purn) Z.A. Maulani ketika beliau masih bertugas di kantor Sekretariat Wakil Presiden. Menurut beliau laporan BAKIN seperti garbage in garbage out. Menyedihkan sekali bukan?
Isi sebuah laporan intelijen barangkali biasa saja dan bersifat rutin, tetapi karena ia dibuat oleh lembaga intelijen maka tidak selayaknya diperlakukan seperti kertas bungkus pisang gorang.

Tentu perspektif di atas tidak bersifat general, karena masih ada junior-junior saya yang sekarang naik dalam level eselon 1 dan 2 yang benar-benar menjaga prinsip internal security dan berhasil menjalankan tugas dengan begitu baiknya. Untuk figur-figur yang tegas dan punya komitmen tinggi dalam tugas maka tidak ada celah bagi kesembronoan. Dari sisi unsur militer juga demikian ada yang sangat profesional dan ada yang sembrono. Mudah membedakannya unsur militer yang masuk BIN hanya ada dua macam, pertama adalah mereka yang sangat dibutuhkan karena kemampuannya dan kedua adalah mereka yang mengemis segala cara kepada Kepala BIN agar diberikan jabatan karena di militer karirnya tamat.

Kebobrokan organisasi BIN maupun BAIS inilah yang melahirkan seorang Senopati Wirang yang harus menanggung MALU menuliskan BLOG I-I berdasarkan pada pengalaman pahit bertahun-tahun. Pernah saya menulis surat kaleng kepada Presiden Suharto...hasilnya malah pembersihan organisasi dan ancaman-ancaman. Memang saya bukan Ksatria yang terang-terangan menantang sistem, tetapi apalah artinya perjuangan satu suara yang lemah ini. Saya sudah menyaksikan banyak korban berjatuhan bahkan seorang sahabat ada yang sampai di Penjara dan seorang Jenderal Yoga Soegama hanya sempat minta maaf di depan mayatnya setelah sahabat saya sakit sekian lama. Setidaknya sejak saya bergabung dengan Intelijen Tempur, Intelijen Strategis dan Intelijen Sipil dan sampai masa akhir hidup saya ini belum ada yang menyadari siapa saya.

Ah pengantarnya jadi terlalu banyak, habis saya kesal dengan sistem pengamanan yang amat sangat buruk di institusi intelijen Indonesia.


Silahkan disimak artikel dari seseorang yang sangat memimpikan dirinya menjadi seorang agen intelijen.
------------------------------------------------------------------------------------------------


GRAND DESIGN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PAPUA
oleh: ABWEHRMEISTER
Menarik kita amati perkembangan kasus Papua, yang diawali dari kasus Abepura (yang menuntut ditinjau ulangnya kontrak karya antara PT.Freeport Indonesia dan pemerintah RI) dan kasus pemberian visa tinggal sementara oleh Australia bagi puluhan orang aktivis Papua Merdeka yang menyatakan adanya genocide di Papua. Mari kita coba mengamati secara lebih seksama kedua kasus tersebut.

1. Tuntutan peninjauan ulang kontrak karya antara pemerintah RI dan PT.Freeport Indonesia.
Hal ini mulai mendapat perhatian publik setelah terjadi demo besar-besaran oleh sebagian besar unsur masyarakat Papua (baik di Papua maupun di Jakarta) yang menelan korban dari aparat dan dari masyarakat. Mereka menuntut di tinjau ulangnya kontrak karya pengolahan Sumber Daya Alam yang dilakukan PT.Freeport Indonesia, sebuah perusahaan Amerika Serikat. Tuntutan ini dikarenakan selama ini PT.Freeport Indonesia dinilai lalai dalam menangani masalah lingkungan hidup dan PT.Freeport Indonesia dirasa tidak memberi dampak positif secara signifikan kepada masyarakat asli Papua. Hal ini diperkuat oleh adanya laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia yang menyatakan bahwa (pada intinya) telah terjadi degradasi/penurunan kualitas lingkungan hidup di Papua, yang apabila dibiarkan terus menerus akan sangat merugikan Indonesia. Beberapa tokoh politisi dan parlemen Indonesia belakangan angkat bicara dan mengakomodir keinginan masyarakat Papua melalui parlemen. DPR mendesak pemerintah untuk meninjau ulang kontrak karyanya dengan PT.Freeport Indonesia. Hanya sayang sikap DPR ini hanya melalui pernyataan-pernyataan tokohnya secara parsial, bukan sikap resmi DPR secara institusional sebagai lembaga parlemen Indonesia. Tanpa perlu menjadi seorang expert, kita bisa melihat adanya gangguan terhadap kepentingan Amerika Serikat di Indonesia. Bisa dibayangkan berapa besar kerugian yang dialami PT.Freeport Indonesia (baca: Amerika Serikat) apabila peninjauan ulang kontrak karya tersebut benar-benar terjadi. Sebenarnya peninjauan ulang kontrak kerja sama merupakan HAK Indonesia sebagai negara yang berdaulat penuh atas Papua. Ditinjau dari segi hukum (tentunya hukum Indonesia), pembaruan suatu perjanjian dimungkinkan untuk dilakukan sebelum habis masa berlaku perjanjian tersebut apabila ada hal-hal yang secara prinsipil melanggar UU. Ketentuan ini bisa kita lihat dari pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia (BW) yang menyatakan sebagai berikut :”semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.”
Dari uraian pasal tersebut diatas nampak jelas bahwa suatu perikatan hukum (baca: perjanjian) dapat ditarik kembali (atau diperbarui) apabila mendapat kesepakatan dari kedua belah pihak dan atau pelanggaran terhadap UU yang berlaku. Dalam hal ini UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Posisi pemerintah dalam hal ini sebenarnya sangat kuat baik secara de facto maupun secara de jure. Pemerintah tidak perlu takut terhadap pencitraan buruk Indonesia di luar negeri. Saya yakin banyak putera-puteri Indonesia yang ahli dalam bidang komunikasi dan pencitraan diri. Masih banyak investor asing lain yang mau menanamkan modalnya di Papua. Dalam kasus ini PT.Freeport Indonesia (baca:Amerika Serikat) jelas-jelas merasa terancam dan merasa terusik posisinya di Indonesia. Logikanya, pasti mereka akan memberikan reaksi yang kita tidak tahu entah apa. Melihat arah kebijakan luar negeri AS yang kental nuansa kapitalisme (baca: kolonialisme) yang dilatar belakangi sumber daya alam (Irak, Blok Cepu, Amerika Latin),bisa dipastikan mereka akan mempertahankan kepentingannya dengan segala cara. Pengalaman kita pada masa pemerintahan Soekarno, dimana AS berencana untuk menduduki Indonesia melalui skenarionya membumi hanguskan CALTEX di Riau untuk kemudian mendarat dan menguasai Indonesia. Kejadian itu pada masa pemberontakan PRRI-PERMESTA pada zaman pemerintahan Soekarno. Saya merasa bersyukur skenario tersebut gagal total dan akhirnya mencoreng muka AS. Bukan tidak mungkin AS akan mempertahankan kepentingannya dengan cara-cara yang sama atau sama sekali baru yang tidak kita duga sebelumnya. Kita harus dapat mengantisipasi potensi-potensi ancaman dimasa datang. Untuk tujuan itulah tulisan ini saya buat.


2. Kasus pemberian visa tinggal sementara oleh Australia terhadap aktivis separatisme Papua.
Kasus ini membuat hubungan bilateral Indonesia – Australia kembali memanas. Indonesia menarik kembali dubesnya, sementara dubes Australia dipanggil Menlu RI untuk menjelaskan sikap pemerintahan Australia. Untuk yang kesekian kalinya hubungan Indonesia – Australia menegang. Masih segar dalam benak rakyat Indonesia bagaimana peran aktif Australia dalam kasus lepasnya Timor-Timur dari pangkuan ibu pertiwi. Belakangan diketahui bahwa motif utama Australia dalam mensponsori kemerdekaan Timor-timur adalah celah timor yang ditengarai kaya akan minyak. Sobat kental AS ini nampaknya telah belajar banyak dari sohibnya itu. Pemberian suaka dan visa tinggal tersebut jelas-jelas tidak mencerminkan sikap dukungan Australia terhadap kedaulatan wilayah NKRI, seperti yang selama ini berulang kali mereka utarakan kepada berbagai media dunia. Sikap mereka ini menunjukkan bahwa mereka memberi dukungan kepada elemen-elemen separatisme di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari adanya dukungan berupa moril dan materiil dari berbagai parpol Australia terhadap pihak separatis Papua (sebagaimana tercantum dalam temuan data dan fakta yang dibawa oleh tim parlemen Indonesia yang akan sowan ke Australia). Terlebih lagi kita memiliki pengalaman pahit pada masa lalu dalam kasus lepas nya Timor-Timur dari NKRI. Apakah kita akan jatuh dalam lubang yang sama untuk yang kedua kalinya? Saya yakin bahwa ini adalah suatu skenario yang disusun bersama antara Australia dan AS dengan tujuan untuk mengambil alih sumber daya alam yang terdapat di Papua. Indikasinya adalah Australia begitu mengekspos penindasan yang dialami oleh para aktivis separatisme Papua (versi mereka tentunya). Bahkan mereka menuduh telah terjadi genocide di bumi Papua. Ini adalah suatu tuduhan serius yang tidak berdasar. Serius karena istilah genocide merupakan salah satu pelanggaran HAM berat, setara dengan yang dilakukan oleh NAZI Jerman. Tidak berdasar karena tuduhan tersebut tanpa disertai data, fakta dan bukti yang kuat dan meyakinkan. Ini adalah bagian dari skenario panjang AS dan Australia untuk merebut sumber daya alam Indonesia. Selama ini Amerika dikenal sebagai agresor yang mengabaikan norma-norma apapun dalam menjaga kepentingannya diberbagai penjuru dunia. Tidak perlu legitimasi, tidak perlu ada bukti yang kuat, dan sering kali mengabaikan PBB.

3. Alternatif penyelesaian masalah.
Berkali-kali Australia menginjak-injak harga diri dan martabat bangsa Indonesia. Penangkapan nelayan Indonesia, pelanggaran kedaulatan Indonesia di udara oleh AU Australia (boleh tanyakan pada saudara-saudara kita di AURI), lepasnya Tim-tim dari NKRI, pemasangan instalasi rudal yang dapat menjangkau wilayah NKRI, dan sekarang dukungan secara terang-terangan terhadap elemen separatisme Papua (pihak parlemen Indonesia dan kalangan intelijen pasti tahu lebih banyak). Kita semua pasti mahfum bahwa kita tidak bisa berharap banyak dari PBB. Sudah banyak kejadian yang menunjukkan bahwa PBB tidak memihak kepada rasa keadilan masyarakat internasional dan didalam tubuh PBB sendiri ada perbedaan perlakuan terhadap negara-negara anggotanya. Masih adanya hak veto bagi beberapa negara menunjukkan hal ini. Padahal hak veto tersebut sangat tidak relevan dan sangat mencederai asas persamaan kedudukan negara-negara yang berdaulat di dunia. Tidak akan pernah tercapai susunan dunia yang adil, merata dan sejahtera bila PBB (sebagai organisasi internasional yang utama) masih tidak berubah. Sikap Indonesia yang menarik kembali duta besarnya di Australia mencerminkan adanya perhatian yang serius dari pemerintah RI. Kita harus menata ulang kembali hubungan bilateral kita dengan Australia. Saya menyarankan beberapa alternatif penyelesaian disini, yaitu :
§ Secara eksternal
- Melakukan komunikasi bilateral dengan Australia melalui saluran diplomatik secara lebih intensif dan komprehensif dalam konteks Papua
- Mencari dukungan dalam berbagai forum internasional terhadap keutuhan kedaulatan wilayah NKRI (negara-negara Asia-Afrika, ASEAN, PBB,dll)
- Memberikan penjelasan kepada masyarakat internasional bahwa apa yang terjadi di Papua adalah murni masalah intern dalam negeri Indonesia, bahwa tidak ada peristiwa pelanggaran HAM berat (genocide) yang terjadi di bumi Papua seperti yang dituduhkan para aktivis separatisme Papua, bahwa apa yang dilakukan Australia adalah bentuk sikap bermusuhan dan melegalisasi tuduhan pelanggaran HAM berat di Indonesia, bahwa sikap Australia tersebut merupakan suatu bentuk ancaman terhadap kedaulatan sah suatu negara yang dapat menimpa negara mana saja di dunia dan merupakan preseden buruk dimasa datang.
§ Secara internal
- Melakukan pengusutan tuntas terhadap kasus kerusuhan Abepura, Papua.
- Merangkul semua elemen masyarakat Papua untuk bersama-sama mencari solusi yang terbaik bagi bangsa dan negara RI (hal ini lebih sulit dalam hal implementasi di lapangan).
- Mencari bukti keterlibatan asing dalam kasus Papua.
- Para pemimpin bangsa ini agar tidak serta merta mengeluarkan pernyataan yang bersifat tuduhan yang menyudutkan saudara sebangsa sendiri (politisasi). Akan lebih baik jika kita memfokuskan perhatian dan stamina kita untuk mengantisipasi ancaman dari luar. Kasus ini adalah murni masalah harga diri dan martabat Indonesia, tidak perlu kita larut dalam kepentingan politik sesaat.
- Melakukan pemberdayaan intelijen nasional baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini sangat penting artinya untuk menangkal ancaman-ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Sebagai contoh, pembentukan aturan hukum yang jelas bagi kalangan intelijen nasional lebih urgent ketimbang RUU APP misalnya.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat, paling tidak, menimbulkan kesadaran berbangsa dan semoga dalam tataran lebih luas dapat memberikan alternatif wawasan dalam menanggapi sikap Australia. Semoga Tuhan YME melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Amin !!

ABWEHRMEISTER

Read more!
# posted by senopati wirang : 7:22 AM 10 comments links to this post
Friday, April 07, 2006
Tambahan tentang Papua
Sebuah tulisan yang cerdas dari seseorang yang mungkin lebih pantas menjadi Menteri Hukum dan Perundang-undangan Indonesia daripada Menteri yang sekarang.

Ma'af...awal tulisan diatas tidak bermaksud subyektif, hanya sebuah kalimat apresiatif atas artikel dari salah seorang tokoh kalangan LSM yang sering kurang didengarkan oleh pemerintah RI.

Mengapa saya masukkan dalam Blog I-I, bila memang banyak analis intelijen yang membaca Blog I-I ini, maka hanya akan dua reaksi:

1. Sepenuhnya setuju dengan artikel saudara RN
2. Menolak hanya karena ketidaksepahaman dengan mainstream perjuangan saudara RN

Saya yakin mayoritas analis intelijen yang belum terkontaminasi oleh kepentingan politik akan memilih reaksi pertama.

Dimana pentingnya pendapat subyektif saya ini....tidak lain bahwa pemikiran intelijen khususnya kalangan analis sesungguhnya sangat dekat dengan pemikiran kalangan LSM dan Akademis dibanding dengan pemikiran untuk politik kekuasaan.

Beberapa bulan sebelum hubungan RI-Australia menghangat, saya sudah menulis warning tentang masalah Papua, sungguh sangat diharapkan pemerintah RI segera melakukan evaluasi menyeluruh yang mungkin memerlukan pemahaman yang lebih cerdas dan lebih dekat pada prinsip-prinsip kemanusiaan universal.


Silahkan menyimak artikel saudara RN berikut ini.

sumber : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0604/06/opini/2562135.htm

Kamis, 06 April 2006
Mencari Suaka Itu Konstitusional
Rachland Nashidik

Kegusaran Indonesia pada Australia harus diletakkan ke dalam cara berekspresi yang cerdas dan benar. Jika tidak, kita akan dikenang sebagai bangsa yang senang mempermalukan diri sendiri.

Hak mencari suaka politik adalah hak individual. Sepenuhnya terserah kepada si individu untuk memutuskan kapan dan mengapa hak itu digunakan. Pikiran dan tubuh manusia bukanlah yurisdiksi negara. Pemerintah tidak boleh merasa memiliki pikiran dan tubuh warganya meski atas nama kedaulatan negara.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah orang pertama yang tidak boleh lupa: hak suaka politik ini dilindungi amandemen kedua UUD 1945, persisnya oleh Pasal 28 G Ayat 2. Bunyinya, "Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain".

Bagian hukum nasional
Perlindungan terhadap hak ini, termasuk kewajiban menghormati prinsip non-refoulement・prinsip berstatus jus cogens yang isinya melarang pengembalian pencari suaka politik ke negara asal juga telah jadi bagian hukum nasional. Pertama oleh ratifikasi Republik Indonesia terhadap International Covenant on Civil and Political Rights (2006); dan sebelumnya terhadap Convention Against Torture (1998) di mana non-refoulement adalah prinsip fondasionalnya.

Jauh sebelumnya, preseden perlindungan yang sama dapat ditemukan dalam Surat Edaran Perdana Menteri Nomor 11/RI/ 1956 tanggal 7 September 1956 tentang Perlindungan Pelarian Politik.

Surat Edaran yang ditandatangani Mr Ali Sostroamidjojo itu menyatakan, "Indonesia melindungi pelarian politik yang masuk dan yang sudah berada di wilayah Indonesia, berdasarkan hak dan kebebasan asasi manusia, serta sesuai dengan hukum kebiasaan internasional."

Indonesia tidak bisa mengakui dan menjamin hak itu sambil pada saat bersamaan kelihatan memusuhinya.

Visa proteksi sementara
Departemen Luar Negeri Indonesia seharusnya bisa menjelaskan kepada Presiden, pemberian visa proteksi sementara (temporary protection visa) bukan akhir yang bahagia bagi para pencari suaka politik ke Australia.

Visa ini berlaku sementara dan akan dievaluasi setelah tiga tahun. Selama itu setiap pencari suaka yang telah diakui statusnya di bawah hukum internasional sebagai refugee tidak bisa melakukan perjalanan ke luar Australia, meski sekadar untuk menemui keluarga yang tercerai. Jika memaksa, mereka akan kehilangan status humanitariannya dan bakal ditolak masuk kembali ke Australia.

Bagi mereka juga tak ada fasilitas negara untuk kesejahteraan, bantuan pekerjaan, atau sekadar biaya untuk belajar bahasa Inggris. Pihak yang tersisa untuk membantu mereka adalah lembaga-lembaga masyarakat yang, dalam urusan refugee ini, dibatasi aksesnya terhadap dana masyarakat yang tersedia.

Kepahitan dari kenyataan itulah yang akan segera dialami para pencari suaka asal Papua. Segera setelah tiga tahun yang sulit, mereka pun harus membuktikan ulang keabsahannya sebagai refugee. Akankah pada tahap itu mereka kembali lolos?

Saya tidak punya angka untuk menebak. Namun, sejumlah penelitian menyebutkan, Australia hanya menerima satu refugee untuk setiap 1.583 warga Australia. Jumlah itu jauh lebih kecil dibanding Inggris (1:530) atau Tanzania (1:76).

Apa yang bisa dilakukan?
Apa yang bisa kita lakukan? Indonesia, tentu saja, berhak membela diri dari berbagai sangkaan terhadap dirinya. Namun, pemerintah harus melakukannya dalam penghormatan yang konsisten terhadap hak dan kebebasan asasi manusia.

Indonesia bisa membuktikan kepada Australia kerapuhan validitas dari klaim yang diajukan pencari suaka. Namun, hak mereka untuk meninggalkan Indonesia harus dihormati. Adalah cerdas dan terhormat bila Jakarta dapat menjadikan proses pembuktian itu sebagai tulang punggung diplomasi untuk meyakinkan Canberra agar menyediakan bagi mereka mekanisme naturalisasi, bukan status refugee.

Oleh karena itu, merayakan imparsialitas hukum adalah langkah yang sebaiknya ditempuh.

Sebenarnya hukum internasional menyediakan fasilitas untuk menangani dispute antarnegara dalam masalah refugee melalui International Court of Justice. Masalahnya, sampai hari ini, Indonesia belum meratifikasi Konvensi Geneva tahun 1951. Akibatnya, Indonesia tidak bisa memanfaatkannya untuk menantang keputusan Australia.

Namun, kita sama sekali belum terlambat. Departemen Luar Negeri harus ditugasi untuk mempercepat ratifikasi terhadap Geneva Convention Relating to the Status of Refugees dan protokolnya, dari tahun 2009 menjadi tahun depan. Prinsip non-retroactivity tidak perlu berlaku bagi kasus suaka ini karena sifatnya yang bisa diargumentasikan sebagai continuing case.

Dan inilah yang paling penting, Indonesia harus bergegas untuk sungguh-sungguh memperbaiki sikap dan kebijakannya di bumi Papua, lagi-lagi dengan mengedepankan imparsialitas hukum yang teguh dan perlindungan penuh atas keseluruhan hak-hak asasi manusia. Jangan main-main dengan hal ini, karena impunity dan keadaan perlindungan hak asasi manusia yang buruk di Papua amat mungkin adalah informasi yang mengondisikan keputusan pejabat imigrasi di Australia, kini, dan di masa datang.

Jangan lupa, Potret Papua sebenarnya adalah made in Indonesia. Apa yang dilakukan Australia hanya memungut potret yang terbuang itu, memberi pigura, lalu memasangnya di dinding hall of shame yang entah untuk apa mereka buat.

Tiga tahun adalah masa yang singkat bagi mereka yang mendapat temporary protection visa dari Australia. Namun, itu adalah kesempatan yang cukup bagi Indonesia untuk membuktikan kepada dunia kesungguhan komitmennya kepada warga Papua.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebaiknya segera bersiap untuk kompetisi ini.
------------
Rachland Nashidik Direktur Eksekutif Imparsial, The Indonesian Human Rights Monitor