Mengenai Saya

Foto saya
'We want freedom!' My name is EDOWAY YUNUS, I am a West Papuan independence leader and chairman of the KK-AMP-JOGYA. My village was bombed Killed So Many Thousand Of My People Of West Papuans Indigenous Small Groups by Indonesia Military Occupations when I was a child and many of my family were killed. Later, I began to campaign peacefully to free my people. For this 'crime' I was arrested, tortured and threatened with death. My seniors Of AMP Organizations Was Managed That Organizations and Iwas Follows This Organization in 2003 In Java I managed to escape to JAVA & BALI AN INDONESIAN , where I now live in exile. Many of my people are still suffering. They have been killed, raped and tortured. Life is hard for them. All we are asking for is the freedoms that you enjoy every day - the freedom to speak your mind, to live without fear and to choose your own government. Please hear my peoples' cry for help. Please support the Free West Papua Campaign. TO DAYS IT'S FOR GIVING FREE.

Pengikut

Jumat, 20 Februari 2009

WARGA PAPUA WASPADAI TIPU DAYA OPM SEBALIKNYA TIPU DAYA INTELIJEN NKRI

Senin, 01 Desember 2008 14:01 wib
Opini Pembaca
Warga Papua Waspadai Tipu Daya OPM
http://news.okezone.com/BeritaAnda/index.php/ReadStory/2008/12/01/230/169449/warga-papua-waspadai-tipu-daya-opm

Dua warga Indonesia asal Papua yang pernah meminta suaka politik ke Australia akhirnya memutuskan kembali ke tanah air. Keduanya adalah Pemilik sekaligus nakhoda kapal yang mengangkut 43 WNI pencari suaka ke Australia pada 2005, Yunus Wanggai bersama dengan putrinya Aneke. Sebelumnya tidankan serupa telah dilakukan Yubel Kareni, 22 tahun, dan Hana Gobay, 23 tahun.

Pada dasarnya Warga Indonesia asal Papua ini kembali ke tanah air tanpa paksaan tetapi atas kemauan mereka sendiri. Menurutnya, Yunus Wanggai pemegang visa sementara dilindungi oleh Pemerintah Australia, jadi tak masuk akal jika orang yang dilindungi Australia dapat menjadi target operasi intelijen Indonesia. Seperti yang dilaporkan ABC News, Sabtu (29/11), yang menyebutkan keduanya dipaksa meninggalkan Australia oleh agen-agen intelijen Indonesia di Australia.

Umumnya WNI asal Papua yang berangkat ke Australia pada Januari 2005, diantaranya diimimg-imingi mendapat studi gratis di negeri Kangguru ini oleh Herman Wanggai pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Keberangkatan mereka pun tidak dengan gratis tiap orang diwajibkan Harman Wanggai membayar Rp 7 juta. Kenyataan para WNI asal Papua ini hanya ditipu mereka akhir berkerja sebagai buruh perekebunan atau pekerja kasar.

Warga Papua ini hanya dijadikan komoditas politik OPM untuk mendapatkan perhatian dari dunia internasional agar Papua dapat terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. OPM membuat skenario para warga Papua lari ke Australia karena keselamatan terancam dari aparat militer dan Pemerintah Indonesia.

Dengan kembalinya beberapa warga Papua ke tanah air akhirnya terbuka kedok kebohongan Herman Wanggai dan kelompoknya OPM. Diharapkan warga Papua agar tidak mudah terbujuk rayu ataupun tertipu oleh strategi kelompok OPM yang mengajak lari dari Papua ke luar negeri untuk merubah nasib atau mendapat studi gratis. Karena dibalik itu OPM telah menjadikan warga Papua sebagai kepentingan politiknya agar Papua terpisah dari negeri tercinta ini.

Yonas G
Jl. Gandaria, Kebayoran, Jakarta

(mbs)

Tidak ada komentar: